KESABARAN
Oleh Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera
Latihan untuk membina diri kita sesungguhnya adalah latihan dalam keseharian. Membina diri bukan sesuatu yang dimengerti bahwa harus dilakukan ditempat-tempat
ibadah atau hanya pada saat-saat tertentu. Justru dalam keseharian kita bisa meningkatkan, membina diri kita masing-masing. Salah satu pesan yang sangat penting yang pernah diungkapkan oleh Buddha Gotama dihadapan 1250 orang-orang suci adalah kesabaran sesungguhnya latihan untuk membina diri yang tertinggi. Kalau kita
berhadapan atau mengalami keadaan yang menyenangkan disekitar kita, semua bersikap baik, berkata-kata ramah kepada kita, maka kita bisa bersikap sabar. Tetapi menurut Buddha Gotama, menghadapi hal-hal yang menyenangkan bukanlah sikap bersabar. Justru kesabaran adalah sikap yang tetap tenang, dilandasi dengan pengertian yang benar, pada saat kita menghadapi atau mengalami kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. Orang-orang lain atau temanteman yang berperilaku tidak baik kepada kita, pada saat itulah sesungguhnya kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk melatih kesabaran. Kalau menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, orang-orang yang mengganggu kita, mungkin juga ingin menghancurkan kita, kalau pada saat itu timbul kemarahan, kejengkelan atau bahkan dendam, pada saat itulah tampak betapa rapuhnya mental kita, menanggapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan, menghadapi orang-orang yang menyulitkan kita, kalau timbul emosi, sikap yang serampangan, yang didorong oleh kebencian atau kemarahan sesungguhnya sikap seperti itu sangat merugikan kita sendiri. Tampak dengan jelas, tidak ada ketahanan mental, tidak ada kekuatan batin dalam diri kita untuk menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Ilmu pengetahuan moderen menyadari bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Kalau seseorang suka belajar suka mendengar, dan kemudian timbullah ideide yang cemerlang, kreatifitas-kreatifitas yang baru. Sering dikatakan seseorang itu adalah orang yang cerdas, tetapi itu sangat tidak cukup, kecerdasan dalam hubungan berinteraksi dengan masyarakat, sekarang disadari bahwa selain kecerdasan, sangat diperlukan kedewasaan emosi, kecerdasan intelektual amatlah tidak membantu tanpa
dilandasi dengan kecerdasan/kedewasaan emosi. Ada 2 macam kesabaran menurut Dhamma dan demikian juga terdapat 2 macam latihan untuk meningkatkan kesabaran/
daya tahan mental kita.
Yang pertama disebut dengan bersabar dengan hal hal yang sederhana, dengan kondisi-kondisi yang kecil, seperti bersabar dengan udara yang panas, bersabar dengan makanan-makanan yang mungkin tidak sesuai, tetap bersabar karena harus menunggu agak lama, bersabar kalau fisik ini sedang sakit, bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna dalam menghadapi kondisikondisi yang tidak menyenangkan itu, melatih kesabaran dengan hal hal yang kecil-kecil ini akan memungkinkan kita, memberikan jalan kepada kita untuk melatih kesabaran yang lebih tinggi. Apakah kesabaran yang lebih tinggi itu? Sabar kalau kita dicela, sabar kalau kita dihina, tetap sabar kalau ada orang-orang yang memfitnah kita atau mungkin ingin menghancurkan kita, kesabaran yang lebih tinggi ini memang amat sulit tetapi justru itulah yang Buddha Gotama sebutkan sebagai latihan untuk membina diri kita yang tertinggi. Para Bhikkhu/para pengkhotbah sesungguhnya bukanlah guru kesabaran yang sejati. Para bhikkhu/para penceramah hanya bisa menunjukkan betapa berharganya kesabaran itu, betapa pentingnya memiliki kesabaran sebagai daya tahan mental tetapi bukan guru kesabaran yang sebenarnya, siapakah guru kesabaran yang
sebenarnya? Kalau dirumah suatu saat sang suami atau sang istri menimbulkan masalah, menimbulkan persoalan, kalau anak anak suatu ketika tidak mau mendengar
nasehat, kalau teman-teman atau kolega kita menyulitkan kita, kalau mereka-mereka yang dahulu sangat akrab kemudian ingin menghancurkan kita, mereka itu sesungguhnya guru-guru kesabaran yang sejati karena pada saat itulah kita dituntut untuk mempunyai kesabaran. Kalau kita menghadapi mereka dengan geram, dengan emosi yang meluap-luap, dengan kemarahan dan mungkin dengan kebencian. Sikap itu tidak menyelesaikan masalah bahkan membuat masalah lebih berlarut-larut, kegeraman yang ditunjukkan oleh seseorang sesungguhnya bukan menunjukkan kekuatan dan keperkasaan tetapi sebaliknya kelemahan jiwa, seseorang yang jiwanya kuat, mempunyai daya tahan mental yang tangguh, tidak akan mudah terpancing, tidak akan menunjukkan kegeraman, kegarangan, karena sadar bahwa kegeraman, kegarangan, kemarahan, kebencian sama sekali bukan cara menyelesaikan persoalan, tetapi bagaimanakah cara untuk melatih kesabaran? Ada 2 macam cara untuk melatih
kesabaran. Sikap tenang yang dilandasi dengan pengertian yang benar itulah sesungguhnya kesabaran. Pengertian apakah yang harus kita punyai untuk menumbuhkan datang sebentar kemudian dia akan berlalu, sabbe sankhara anicca - semua perpaduan tidak kekal, berubah setiap saat dan berubah terus menerus, menyadari perubahan terhadap segala sesuatu termasuk kesulitan – kesulitan yang sedang menghimpit, yang sedang kita alami itulah menyadari ketidak kekalan itu akan membuat kita bertahan, tidak ada alasan untuk berpatah semangat. 2. Pengertian yang kedua yang harus kita punyai sebagai landasan untuk membangun kesabaran dan daya tahan mental adalah kesulitan dan penderitaan yang kita alami yang kita hadapi, janganlah kita berpikir biasa, apakah yang di sebut berpikir biasa? Berpikir biasa adalah kita selalu atau sering berpikir bahwa ia menghina saya, si itu mengganggu saya, si dia tidak simpati kepada saya, yang itu ingin menghancurkan saya, yang itu membenci saya dsb. Pikiran kita seolah olah seperti buku telepon yang hanya berisi daftardaftar nama mereka-mereka yang tidak kita senangi, kemudian timbul kebencian, timbul keinginan membalas kepada mereka-mereka itu dan itulah yang membuat kehidupan kita tidak tentram. Tetapi berpikir Dhamma sangat beda, berpikir Dhamma amat bebeda dengan berpikir biasa, Mengapa? Kesulitan yang kita hadapi, penderitaan yang kita alami sesungguhnya adalah akibat buah dari perbuatan kita kesabaran? Untuk meningkatkan daya tahan mental kita menghadapi seribu satu macam kondisi dan persoalanpersoalan kehidupan yang tidak akan berhenti?
1. Menyadari bahwa segala sesuatu dialam semesta ini tidak kekal, tidak ada yang abadi, berubah setiap saat, kesulitan apapun yang kita hadapi, perlakuan apapun yang tidak menyenangkan kita juga tidak kekal, tidak selamanya akan mengcengkeram kita, tidak ada yang abadi dialam semesta ini, masalah yang menyulitkan itu sendiri, datang sebentar kemudian dia akan berlalu, sabbe sankhara anicca - semua perpaduan tidak kekal, berubah setiap saat dan berubah terus menerus, menyadari perubahan terhadap segala sesuatu termasuk kesulitan – kesulitan yang sedang menghimpit, yang
sedang kita alami itulah menyadari ketidak kekalan itu akan membuat kita bertahan, tidak ada alasan untuk berpatah semangat.
2. Pengertian yang kedua yang harus kita punyai sebagai landasan untuk membangun kesabaran dan daya tahan mental adalah kesulitan dan penderitaan yang kita alami yang kita hadapi, janganlah kita berpikir biasa, apakah yang di sebut berpikir biasa? Berpikir biasa adalah kita selalu atau sering berpikir bahwa ia menghina saya, si itu mengganggu saya, si dia tidak simpati kepada saya, yang itu ingin menghancurkan saya, yang itu membenci saya dsb. Pikiran kita seolah olah seperti buku telepon yang hanya berisi daftardaftar nama mereka-mereka yang tidak kita senangi, kemudian timbul kebencian, timbul keinginan membalas kepada mereka-mereka itu dan itulah yang membuat kehidupan kita tidak tentram.
Tetapi berpikir Dhamma sangat beda, berpikir Dhamma amat bebeda dengan berpikir biasa, Mengapa? Kesulitan yang kita hadapi, penderitaan yang kita alami sesungguhnya adalah akibat buah dari perbuatan kitakesulitan dan segala macam penderitaan itu bukan pemberian Tuhan, juga bukan dibuat oleh dewa-dewa untuk menghukum kita, tapi akibat perbuatan kita sendiri, perbuatan yang tidak benar, perbuatan yang tidak sehat, kalau bukan akibat dari perbuatan kita, tidak mungkin peristiwa itu akan datang menimpa kita. Kalau kita berpikir seperti ini, maka tidak ada tempat untuk membenci kepada yang lain, tidak ada alasan untuk membalas kebencian itu dengan dendam kepada siapapun, justru melihat mereka yang melakukan hal-hal yang merugikan kita bukan kebencian yang timbul melainkan kasih saying, timbul rasa kasihan yang mendalam, melihat teman- teman/orang-orang lain berperilaku buruk kepada kita, karena perilaku yang buruk juga akan membuahkan penderitaan bagi pembuatnya sendiri.
Dengan 2 landasan pengertian inilah, kita meningkatkan/membangun kesabaran kita, kita meningkatkan daya tahan mental kita menghadapi hal hal yang buruk, hal-hal yang menyakitkan, hal-hal yang terasa sulit dalam kehidupan ini, pengertian tentang semua tidak kekal, berubah setiap saat termasuk kesulitan dan hal-hal yang buruk itu, dan seandainya kesulitan dan hal-hal buruk itu datang, maka itupun akibat perbuatan dari karma kita sendiri. Dengan cara inilah dengan dasar pengertian yang benar yang jernih kita berusaha untuk tetap tenang, tegar, batin tidak tergoyahkan untuk menghadapi kesulitan kesulitan dalam kehidupan yang datang silih berganti, silahkan kesulitan/persoalan itu datang, namun persoalan/ kesulitan itu tidak lagi menjadi kesulitan, tetapi justru menjadi kesempatan bagi kita untuk melatih kesabaran, dengan kesadaran yang penuh memperkuat daya tahan mental kita, marilah kita menghadapi dengan tenang marilah kita mengubah kesulitan/persoalan itu menjadi kesempatan yang amat berharga untuk meningkatkan kualitas diri kita, karena didalam kenyamanan, didalam segala sesuatu yang menyenangkan yang kita hadapi, perlakuan-perlakuan manis yang kita terima, sesungguhnya amat sulit mencari kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. Kenyamanan dan perlakuan-perlakuan yang sangat baik kepada kita bukanlah guru kesabaran yang sebenarnya. Menurut pengertian Dhamma kadar kesabaran, kadar daya tahan mental kita merupakan hasil dari latihan kita, latihan dalam keseharian yang dilandasi dengan pengertian yang benar, karena menurut Dhamma kesabaran bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan meminta kepada siapapun.
Di Jawa Tengah sering kita mendengar, kalau seseorang tiba di dalam kesulitan, dia mengeluh. “Oh Gusti berikan kepadaku kesabaran”. Memang boleh-boleh saja seseorang mengeluh seperti itu, karena mungkin betapa beratnya kesulitan/beban yang dia hadapi tetapi kesabaran tidak bisa diminta, dan kesabaran tidak bisa diberikan siapapun kepada kita. Kita harus berpandaipandai menggunakan setiap kesempatan dalam keseharian untuk meningkatkan kesabaran kita karena kesabaran merupakan latihan yang amat berharga. Sangat dibutuhkan setiap saat dimanapun kita berada, dimanapun kita tinggal, dalam keadaan yang bagaimanapun kita mengalami. Seseorang yang tidak cukup mempunyai kesabaran, ketahanan mental, dia akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, mungkin kejahatan karena akan memberikan keuntungan materi yang lebih besar dan lebih cepat, namun seseorang yang memiliki kesabaran/ketahanan mental tidak akan tertarik dengan perbuatan yang tidak sehat, dengan perilaku yang tidak bermoral, sekali hal itu memberikan keuntungan yang besar dan spontan. Ia bisa bertahan, mengendalikan diri karena ia punya kesabaran, daya tahan mental yang cukup baik, tidak terpengaruh/tergiur dengan perbuatan buruk sekalipun memberikan keuntungan yang besar dan spontan. Kesabaran, keuletan adalah kunci untuk menjaga moralitas, mempunyai perilaku yang baik, sehat karena setiap perbuatan menurut Dhamma memberikan akibat ganda, kejahatan akan merugikan orang lain/makhluk lain, dan juga sudah pasti merugikan si pembuatnya sendiri. Demikian juga kebajikan, perbuatan bajik akan memberikan manfaat ganda pula, bermanfaat bagi yang lain dan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, kalau tanpa kesabaran, karena tidak mampu mengendalikan dirinya seseorang tergiur melakukan kejahatan, maka dia berjalan untuk melakukan perbuatan menghancurkan kedua belah pihak, kehancuran ganda, menghancurkan orang lain merugikan orang lain dan menghancurkan dirinya sendiri, perbuatan yang tidak terpuji, yang buruk mudah sekali menggiurkan kita, menarik bagi banyak orang, karena memberi manfaat yang sekonyong-konyong, memberi kesenangan yang tiba-tiba, tidak perlu menunggu/bersabar kemudian banyak orang terpikat melakukan kejahatan, disinilah letak arti penting memiliki kesabaran, dengan kesabaran/ketahanan mental kita juga akan bersabar, tidak terpikat untuk melakukan kejahatan, memilih perbuatan yang bajik. Dengan kesabaran dan kesadaran, dengan ketahanan mental sekuat tenaga, kita
menghindari perbuatan-perbuatan buruk, yang tidak sehat dan dengan kesabaran serta kesadaran pula, dengan keuletan dan dengan sekuat tenaga kita melakukan hal-hal yang baik, yang bajik, yang berguna, bagi masyarakat, bagi keluarga kita, dan sudah tentu berguna bagi kita sendiri.
Memang perbuatan buruk memberikan kenikmatan spontan, kesenangan yang lebih cepat, tetapi kalau perbuatan itu suatu ketika sudah masak, kejahatan itu akan berakibat penderitaan yang kadang-kadang amat sulit diatasi, berlarut-larut dan sangat lama, namun sebaliknya perbuatan bajik yang kalau dilakukan akan berguna bagi orang lain, bagi yang melakukan, tidak akan menimbulkan penyesalan didalam hati, kehidupan ini akan menjadi kehidupan yang amat berguna kalau kita bisa menggunakan sebanyak mungkin untuk hal-hal yang berguna/bermanfaat bagi semua pihak.
Namun, saya ingin memasuki pengertian yang lebih mendalam dan mungkin lebih sulit untuk dimengerti tetapi merupakan kewajiban saya untuk mengajak kalian untuk meningkat kedalam pengertian yang lebih dalam, memang kita tidak berpihak kepada perbuatan jahat/keburukan, kita ingin mengisi kehidupan ini dengan kebajikan, dengan hal- hal yang berguna tetapi sekali lagi tetapi janganlah merasa lebih unggul, merasa lebih tinggi karena telah melakukan kebajikan, kemudian memandang rendah kepada mereka yang melakukan kejahatan. Melakukan kebajikan adalah pilihan, tetapi kebanggaan akan kebajikan yang kita lakukan akan merugikan perkembangan mental kita, bangga dengan kebajikan yang dilakukan dan kemudian memandang rendah serta membenci kepada mereka yang melakukan kejahatan adalah kekotoran batin yang menghalangi kemajuan mental spiritual kita, kita senang berbuat bajik, tetapi kita tidak benci, tidak merendahkan sekalipun kepada mereka-mereka yang melakukan perbuatan merugikan orang lain. Kita tidak senang, tidak setuju terhadap kejahatan yang mereka perbuat, tetapi sama sekali tidak ada alasan untuk membenci dan merasa
diri kita lebih baik, lebih mulia, lebih tinggi dari mereka, perasaan ini sesungguhnya adalah keangkuhan, kesombongan bahkan kecongkakkan, itu adalah kekotoran bathin yang amat merugikan bagi perkembangan bathin kita sendiri. Kita memihak pada kebajikan, jelas, kita tidak ingin melakukan kejahatan tetapi kita tidak perlu merasa lebih dengan membandingkan kepada mereka yang masih senang melakukan kejahatan. Aku bukan mereka, aku lebih baik, lebih bersih, lebih sempurna, lebih tinggi dari mereka. Inilah beban-beban mental yang mengotori pikiran kita dengan kekotoran batin yang lebih halus tetapi tetap merugikan kita. Marilah kita memihak pada perbuatan yang baik/kebajikan dengan tulus termasuk juga mempunyai pikiran yang bajik, pikiran kasih sayang kepada mereka-mereka yang melakukan kejahatan sekalipun, inilah yang didalam Dhamma disebut sebagai berusaha membersihkan pikiran kita sendiri dari kekotoran–kekotoran batin yang halus, keangkuhan, keakuan, kesombongan dan itu adalah beban mental yang juga membuat penderitaan bagi diri kita. Secara ringkas, marilah kita meningkatkan kualitas diri kita, dengan menggunakan segala keadaan, segala hal yang kita alami apapun, sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas
diri, meningkatkan kesabaran, daya tahan mental, dengan kesabaran/daya tahan mental, kita tidak akan memihak, memilih kejahatan dan berusaha keras untuk menambah hal-hal yang baik, mengisi kehidupan ini dengan kebajikan tanpa dilandasi, tanpa disusupi oleh kesombongan, keangkuhan, kecongkakan. Marilah kita mengisi kehidupan kita dengan hal-hal yang berguna dan juga mencintai, mengasihi mereka, untuk bersama-sama maju kearah yang lebih baik, tidak ada alasan merendahkan siapapun, apalagi membenci kepada mereka-mereka sekalipun mereka melakukan kejahatan, tidak hanya menghindari kejahatan dan menambah kebajikan tetapi lebih dari itu, marilah kita memeriksa batin kita, pikiran kita supaya juga bersih dari kekotoran batin, dan itulah kebahagiaan di.dalam diri kita, disitu kita akan menemukan kebahagiaan, kondisi apapun yang kita hadapi, yang datang menyongsong kita, marilah kita hadapi dengan tenang, dengan pengertian benar, dengan ketahanan mental, dengan ketulusan hati. Janganlah berpikir untuk mencari kebahagiaan dari luar diri kita, sumber kebahagiaan itu berada dari dalam diri kita sendiri, tidak mungkin bisa ditemukan dari luar diri kita, dengan mengubah diri kita, meningkatkan kualitas diri kita, sumber kebahagiaan akan muncul di dalam diri kita, mencari kebahagiaan dari luar diri kita, sibuk mencari dan mengubah apa yang diluar diri kita, memang baik, tetapi bukanlah jaminan yang mampu membuat kita bahagia tanpa ada perubahan didalam diri kita masing-masing. Saya akan menutup uraian ini dengan sebuah cerita yang sederhana tapi amat menarik.
Dijaman dahulu di Mesir ada seorang raja yang sakit mata, dokter istana setelah mengobati kemudian menasehatkan, raja harus sering melihat warna hijau karena warna itu akan mempercepat kesembuhan penglihatan mata baginda raja, di Timur Tengah, demikian juga di Mesir, tidak sebanyak tumbuhan-tumbuhan hijau seperti yang kita lihat di tanah air kita, amat kurang, kadang-kadang amat jarang, karena raja harus sering melihat warna hijau, maka kemudian raja memerintahkan segala sesuatu yang dia lihat dia ubah dengan warna hijau, alat-alat makan, pakaian yang dia kenakan, dinding, tempat tinggal, lantai, semua diubah dengan warna hijau supaya penglihatan sang raja bisa cepat kembali seperti semula, tetapi penasehat raja mendekati sang raja dan berkata, kalau baginda menginginkan melihat yang serba hijau supaya penglihatan baginda cepat sembuh seperti sedia kala, mengapa baginda harus mengubah semuanya dengan warna hijau, apakah tidak lebih baik baginda memakai kacamata hijau, dengan memakai kacamata hijau, semuanya akan kelihatan hijau, tidak perlu harus mengubah warna semuanya dengan menjadi hijau. Dari cerita kecil ini kita mendapatkan pencerahan kecil, mengubah diri kita, mengubah sikap mental kita adalah jauh lebih berharga dan lebih mudah daripada mengubah segala sesuatu diluar diri kita. Justru mengubah dan meningkatkan mental kita, didalam diri inilah, diri kita sendiri, kita menemukan sumber kebahagiaan. Marilah kita menggunakan kesempatan yang berharga dalam kehidupan ini, setiap saat untuk mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang bermanfaat, berguna, berfaedah, bagi siapapun juga, bagi masyarakat, bagi orang banyak, bagi keluarga kita, dan sudah tentu bagi kita sendiri, dengan membangun diri kita disitulah kita menjumpai kebahagiaan, dan kebahagiaan itu akan bermanfaat pula bagi mereka-mereka yang lain, marilah kita berjuang, maju, tidak ada waktu untuk terlambat, tidak menyiakan kehidupan ini, semoga kita mampu, untuk menjadikan kehidupan ini berguna, bermanfaat bagi siapapun. Semoga semua makhluk berbahagia.
Ditranskripkan oleh :
Yuliana Lie Pannasiri, BBA, MBA
Dipublikasikan eBook oleh DhammaCitta.org
DhammaCitta
http://www.DhammaCitta.org
Label: MEMBINA DIRI
SERAT WEDHATAMA
Bag-2
TEMBANG GAMBUH
48. Samengko ingsun tutur
Sembah catur supaya lumuntur
Dhihin: raga, cipta, jiwa, rasa, kaki
Ing kono lamun tinemu
Tandha nugrahaning manon
Kini aku menasehatkan
Empat sembah agar kau tiru
Pertama, raga, cipta, jiwa, rasa, anakku
Di situ bila terdapat
Tanda anugerah Tuhan
49. Sembah raga puniku
Pakartine wong amagang laku
Sesucine asarana saking warih
Kang wus lumrah limang wektu
Watak wantuning wewawaton
Sembah raga itu
Perbuatan orang yang sedang mempraktekkan
Bersuci dengan air
Yang biasa lima waktu
Merupakan watak aturan
50. Ing uni-uni durung
Sinarawung wulang kang sinerung
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit
Mintokken kawignyanipun
Sarengate elok-elok
Jaman dulu belum
Kenal dengan ajaran rahasia
Baru kini bangsa menunjukkan karyanya
Menunjukkan kemampuannya
Dengan cara yang aneh-aneh
51. Thithik kaya santri Dul
Gajeg kaya santri brai kidul
Saurute Pacitan pinggir pasisir
Ewon wong kang padha nggugu
Anggere guru nyalemong
Kadang-kadang seperti santri Dul
Tampaknya seperti santri daerah selatan
Menelusuri pantai Pacitan
Ribuan orang yang percaya
Aturan yang asal diucapkan
52. Kasusu arsa weruh
Cahyaning Hyang kinira yen karuh
Ngarep-arep kurub arsa den kurebi
Tan wruh kang mangkono iku
Akale kaliru enggon
Terburu-buru ingin tahu
Kenal dengan cahaya Tuhan
Mengharap cahaya untuk dihormati
Tak tahu yang demikian itu
Pandangannya salah tempat
53. Yen ta jaman rumuhun
Tata, titi tumrah-tumaruntun
Bangsa srengat tan winor lan laku batin
Dadi ora gawe bingung
Kang padha nembah Hyang Manon
Kalau jaman dahulu
Diatur sejak awal sampai usai
Syariat tak dicampur dengan ulah batin
Jadi tidak membingungkan
Bagi yang menyembah Tuhan
54. Lire sarengat iku
Kena uga ingaranan laku
Dhihin ajeg, kapindhone ataberi
Pakolehe putraningsun
Nyenyeger badan mrih kaot
Maksud syariat itu
Dapat juga disebut laku
Pertama tetap, kedua rajin
Hasilnya, anakku
Menyegarkan badan agar labih baik.
55. Wong seger badanipun
Otot daging kulit balung sungsum
Trumap ing rah mamarah antenging ati
Antenging ati nunungku
Agruwat ruweting batos
Orang yang segar badannya
Otot daging kulit tulang sumsum
Mempengaruhi darah menjadikan hati terang
Ketenangan hati menjadikan
Hilangnya keruwetan hati
56. Mangkono mungguh ingsun
Ananging ta sarehne asnapun
Beda-beda panduk panduming dumadi
Sayektine nora jumbuh
Tekad kang padha linakon
Bagitu menurut pendapatku
Tetapi berhubung berbeda-beda
Berbeda dengan nasib manusia
Sesungguhnya tidak sesuai
Dengan tekat yang dijalankan
57. Nanging ta paksa tutur
Rehning tuwa tuwase mung catur
Mbok lumuntur lantaraning reh utami
Sing sapa temen tinemu
Nugraha geming kaprabon
Tapi tekpasa menasehati
Karena sebagai tetua hanya dapat berkata
Siapa tahu dapat diwariskan sebagai kebaikan
Siapa yang rajin akan berhasil
Anugerah untuk kerajaan
58. Samengko sembah kalbu
Yen lumintu uga dadi laku
Laku agung kang kagungan Narapati
Patitis tetesing kawruh
Meruhi marang kang momong
Kini sembah kalbu
Jika mengalir juga menjadi laku
Laku baik seperti narapati
Tepat tumbuh ilmu ini
Tahu kepada yang mengasuhnya
59. Sucine tanpa banyu
Mung nyunyuda mring hardaning kalbu
Pambukane: tata, titi, ngati-ati
Atetep, taleten, atul
Tuladhan marang waspaos
Bersuci tanpa air
Hanya mengurangi nafsu hati
Diawali dengan tata, teliti dan berhati-hati
Tetap, tidak bosan, dan setia
Contoh untuk kewaspadaan
60. Mring jatining pandulu
Panduk ing ndon dadalan satuhu
Lamun lugu legutaning reh maligi
Lagehane tumalawung
Wenganing alam kinaot
Pada pandangan yang benar
Cara kerja di jalan yang baik
Bila lugas kepada kebiasaan yang khusus
Ciri yang jauh
Membuka alam yang lain
61. Yen wis kambah kadyeku
Sarat sareh saniskareng laku
Kalakone saka eneng, ening, eling
Ilanging rasa tumlawung
Kono adile Hyang Manon
Bila telah mencapai demikian
Saratnya sabar dalam segala hal
Terlaksana dari dalam, khidmad, dan ingat
Bila ras ajauh telah hilang
Di situ keadilan Tuhan
62. Gagare ngunggar kayun
Tan kayungyun mring ayuning kayun
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi
Marma den awas, den emut
Mring pamuringing lelakon
Kegagalan acuh kepada kehendak
Tak tertarik pada keindahan cita-cita
Hal rekaan bila dirasa tidak jadi
Maka pahami dan ingatlah
Terhadap penghalang langkah
63. Samengko kang tinutur
Sembah katri kang sayekti katur
Mring Hyang Sukma sukmanen sa ari-ari
Arahen dipun kacakup
Sembah ing jiwa sutengong
Kini yang dibicarakan
Sembah ketiga yang akan disampaikan
Kepada Hyang Sukma yang menghidupi
Usahakan tercapai
Sembah dalam jiwa ini anakku
64. Sayekti luwih perlu
Ingaran kang tumrap bangsa batin
Kalakuan kang tumrap bangsaning batin
Sucine lan awas emut
Mring alame lama amot
Sebenarnya lebih penting
Disebut akhir perjalanan
Tindakan yang berkaitan dengan batin
Bersuci dengan awas dan ingat
Kepada alam yang maha luas
65. Ruktine ngangkah ngukut
Ngiket ngruket triloka kakukut
Jagad agung ginulung lan jagad cilik
Den kandel kumandel, kulup
Mring kelaping alam kono
Memelihara dengan menguasai
Mencakup, merangkul tiga dunia seluruhnya
Jagad agung digulung dengan jagad kecil
Pertebal keyakinanmu, anakku
Kepada keindahan alam ini
66. Keleme mawa limut
Kalamutan jroning alam kanyut
Sanyatane iku kanyatan kaki
Sajatine yen tan emut
Sayekti tan bisa awor
Tenggelam bersama kegelapan
Melalui tanda alam yg menghanyutkan
Sesungguhnya itu kenyataan, anakku
Sebenarnya bila tak disadari
Sesungguhnya tak dapat berbaur
67. Pamete saka luyut
Sarwa sareh saliring panganyut
Lamun yitna kayitnan kang miyatani
Tarlen mung pribadinipun
Kang katon tinonton kono
Sarana dari batas lahir batin
Serba sabar mengikuti irama menghanyutkan
Bila waspada, itu dapat diandalkan
Tak lain hanya pribadinya
Yang tampak terlihat di situ
68. Nging aywa salah surup
Kono ana sajatining urub
Yeku urub pangarep uriping budi
Sumirat-sirat narawung
Kadya kartika katonton
Tapi jangan salah mengerti
Di situ ada cahaya sejati
Yakni cahaya harapan hidup berbudi
Bercahaya dengan jelas
Bagai bintang nampaknya
69. Yeku wenganing kalbu
Kabukane kang wengku-winengku
Wewangkone wis kawengku neng sireki
Nging sira uga kawengku
Mring kang pindha kartika byor
Yakni terbukanya hati
Terbukanya yang kuasa-menguasai
Daerahnya telah kau kuasai kini
Tetapi kau juga dikuasai
Oleh yang bagai cahaya bintang
70. Samengko ingsun tutur
Santya sembah ingkang kaping catur
Sembah rasa karasa rosing dumadi
Dadine wis tanpa tuduh
Mung kalawan kasing batos
Kini aku berkata
Ganti sembah yang keempat
Sembah rasa terasa inti kehidupan
Terjadi tanpa petunjuk
Hanya dengan kekuatan batin
71. Kalamun durung lugu
Aja pisan wani ngaku-aku
Antuk siku kang mangkono iku kaki
Kena uga wenang muluk
Kalamun wus padha melok
Bila belum lugas
Jangan sekali-sekali berani mengaku-aku
Mendapat laknat yang demikian itu, anakku
Boleh juga berhak mengatakan
Bila telah sama-sama nampak
72. Meloke ujar iku
Yen wus ilang sumelanging kalbu
Amung kandel-kumandel ngandel mring takdir
Iku den awas den emut
Den memet yen arsa momot
Jelasnya perkataan itu
Bila telah hilang keraguan hati
Hanya tebal keberanian percaya takdir
Ikut ketahuilah, ingatlah
Telitihal agar menguasai seluruhnya
73. Pamoting ujar iku
Kudu santosa ing budi teguh
Sarta sabar tawakal legaweng ati
Trima lila ambek sadu
Weruh wekasing dumados
Muatan perkatan itu
Harus kuat pada sikap teguh
Serta sabar dan tawakal, ikhlaskanlah hati
Menerima, dan rela berbuat baik
Tahu akhir kejadian
74. Sabarang tindak-tanduk
Tumindake lan sakadaripun
Den ngaksama kasisipaning sasami
Sumimpanga ing laku dur
Ardaning budi kang ngrodon
Semua tingkah laku
Dilakukan sesuai kemampuan
Maafkanlah kesalahan orang lain
Janganlah berlaku jahat
Nafsu budi yang jelek
75. Dadya wruh: iya dudu
Yeku minangka pandaming kalbu
Ingkang mbuka ing kijabullah agaib
Sesengkeran kang sinerung
Dumunung telenging batos
Untuk memahami baik dan buruk
Yaitu merupakan pedoman hati
Yang membuka rintangan insan dan Tuhan
Yang dikuasai dan disembunyikan
Berada dalam relung batin
76. Rasaning urip iku
Krana momor pamoring sawujud
Wujudullah sumrambah ngalam sakalir
Lir manis kalawan madu
Endi arane ing kono
Rasa hidup itu
Karena menyatu dengan bentuk sewujud
Wujud Tuhan berada di seantero alam
Seperti manis dan madu
Mana nama itu sebenarnya
77. Endi manis ndi madu
Yen wis bisa muksmeng pasang semu
Pasamuwan ing Heb Ingkang Mahasuci
Kasikep ing tyas kacakup
Kasatmata lair batos
Mana manis mana madu
Bila telah dapat menghayati gambaran semu
Pengertian Tuhan Yang Mahasuci
Dicakup dan terkuasai di dalam hati
Tampak lahir batin
78. Ing batin tan kaliru
Kedhap kilap liniling ing kalbu
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi
Widadaning budi sadu
Pandak-panduke liru nggon
Dalam batin tak keliru
Kilap cahaya dilihat kalbu
Yang merupakan obor mendekat Tuhan
Keselamatan budi berbuat baik
Serta perubahan-perubahan yang beralih
79. Nggonira mamrih tulus
Kalasitaning reh kang rinuruh
Nggonira mrih wiwah warananing gaib
Paran ta lamun tan weruh
Sasmita jatining endhog
Usahamu agar berhasil
Tercapainya hal yang dicari
Usahamu agar lepas dari penghalang gaib
Bila tidak tahu
Ibarat kenyataan telur
80. Putih lan kuningipun
Lamun arsa titah teka mangsul
Dene nora mantra-mantra yen ing lahir
Bisaa aliru wujud
Kadadeyane ing kono
Putih dan kuningnya
Bila akan menetas berbalik
Tak terduga bahwa kenyataannya
Dapatlah berganti rupa
Kejadiannya seperti itu
81. Istingarah tan metu
Lawan istingarah tan lumebu
Dene ing njro wekasane dadi anjawi
Rasakena kang tuwayuh
Aja kongsi kabasturon
Dapat dipastikan tak keluar
Dan tentu tidak masuk
Kenyataannya di dalam, akhirnya di luar
Rasakan dengan sebenar-benarnya
Jangan sampai telanjur tidak mengerti
82. Karana yen kabanjur
Kajantaka tumekeng saumur
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi
Dadi wong ina tan weruh
Dheweke den anggep dhayoh.
Sebab bila telanjur
Akan kecewa selama-lamanya
Tak berguna bila meninggal dunia
Sebagai orang hina yang tak tahu
Dirinya dianggap tamu.
TEMBANG Kinanthi
83.Mangka kanthining tumuwuh
Salami mung awas eling
Eling lukitaning alam
Dadi wiryanbing dumadi
Supadi nir ing sangsaya
Yeku pangreksaning urip
Pada hal bekal orang hidup
Selamanya hanya awas dan ingat
Sadar kepada petunjuk di alam ini
Menjadi kekuatan hidp
Supaya lepas dari kesengsaraan
Yaitu cara merawat hidup
84. Marma den taberi kulup
Angulah lantiping ati
Rina wengi den anedya
Pandak-panduk ing pambudi
Mbengkas hardaning driya
Supadya dadya utami
Oleh karena itu, rajinlah anakku
Belajar menajamkan perasaan
Siang malam berusahalah
Berusahalah selalu
Menghancurkan nafsu indera
Supaya menjadi utama
85. Pangasahe sepi samun
Aywa esah ing salami
Samangsa wis kawistara
Lalandhepe mingis-mingis
Pasah wukir Reksamuka
Kekes srabedaning budi
Penajamannya di alam sepi
Jangan berhenti selamanya
Pada saat telah kelihatan
Tajamnya luar biasa
menghancurkan gunung reksamuka
Lenyaplah semua penghalang kebaikan
86. Dene awas tegesipun
Weruh waranane urip
Miwah wisesaning tunggal
Kang atunggil rina wengi
Kang mukita ing sakarsa
Gumelar ngalam sakalir
Sedangkan awas artinya
Tahu penghalang kehidupan
Dan penguasa tunggal
Yang selalu menyatu siang malam
Yang memenuhi segala keinginan
Terhampar di seluruh alam
87. Aywa sembrana ing kalbu
Wawasen wuwus sireki
Ing kono yekti karasa
Dudu ucape pribadi
Marma den sambadeng sedya
Wawasen praptaning uwis
Jangan gegabah dalam hati
Perhatikan ucapanmu itu
Di situ akan terasa
Bukan ucapanmu sendiri
Untuk itu persiapkan tekadmu
Perhatikan sampai usai
88. Simakna semanging kalbu
Den waspada ing pangeksi
Yeku dalaning kasidan
Sinuda saka sathithik
Pamothaning napsu-hawa
Linatiha mamrih titih
Hilangkan kebimbangan hati
Waspadalah terhadap pandangan
Yakni jalan kematian
Kurangilah demi sedikit
Gejolak nafsu angkara
Latihlah agar sempurna
89. Aywa mamatuh nalutuh
Tanpa tuwas tanpa kasil
Kasalibuk ing sabeda
Marma dipun ngati-ati
Urip keh rencananira
Sambekala lan kaliling
Jangan suka berbuat jelek
Tanpa guna tanpa hasil
Terjerat olah aral
Oleh karena itu berhati-hatilah
Hidup banyak gangguan
Godaan harus diperhatikan
90. Upamane wong lumaku
Marga gawat den liwati
Lamun kurang ing pangarah
Sayekti karendhet ing ri
Apese kasandhung padhas
Babak-bundhas anemahi
Misalnya orang berjalan
Jalan yang berbahaya dilaluinya
Jika kurang berhati-hati
Akhirnya tertusuk duri
Naasnya terantuk batu
Babak belur akhirnya
91. Lumrah bae yen kadyeku
Atetamba yen wis bucik
Duwea kawruh sabodhang
Yen tan martani ing kapti
Dadi kawruhe kinarya
Ngupaya kasil lan melik
Biasa saja yang demikian itu
Berobat bila telah luka
Walau berpengetahuan segudang
Bila tak memahami niatnya
Jadi pengetahuan yang buruk
Mencari penghasilan dan pamrih
92. Meloke yen arsa muluk
Muluk ujare lir wali
Wola-wali nora nyata
Anggepe pandhita luwih
Kaluwihane tan ana
Kabeh tandha-tandha sepi
Kelihatan bila akan berbicara
Berkata, ucapannya bagai wali
Berulang-ulang tidak nyata
Menganggap diri pendeta hebat
Kelebihannya tidak ada
Semuanya tidak terbukti
93. Kawruhe mung ana wuwus
Wuwuse gumaib-gaib
Kasliring thithik tan kena
Mancereng alise gathik
Apa pandhita antiga
Kang mangkono iku kaki
Pengetahuannya hanya dalam kata-kata
Bicaranya digaib-gaibkan
Disela sedikitpun tak mau
Membelalak alisnya menyatu
Apakah itu pendeta gadungan
Yang demikian itu, anakku
94. Mangka ta kang aran laku
Lakune ngelmu sejati
Tan dahwen pati openan
Tan panasten nora jail
Tan njuringi ing kaardan
Amung eneng mamrih ening
Pada hal yang disebut laku
Syarat ilmu yang sejati
Tidak iri dan dengaki
Tidak panas hati, tidak jahil
Tak mendorong pada nafsu
Hanya diam agar khidmat
95. Kaunang ing budi luhur
Bangkit ajur ajer kaki
Yen mangkono bakal cikal
Thukul wijining utami
Nadyan bener kawruhira
Yen ana kang nyulayani
Kemashuran sifat yang baik
Pandai bergaul dengan siapa saja, anakku
Bila demikain akan tumbuh
Muncul benih yang baik
Meski benar pengetahuanmu
Bila ada yang menentang
96. Tur kang nyulayani iku
Wus wruh yen kawruhe nempil
Nanging laire angalah
Katingala angemori
Mung ngenaki tyasing liyan
Aywa esak, aywa serik.
Dan yang menentang itu
Telah tahu bila ilmunya bukan milik sendiri
Tetapi di luar tampak mengalah
Agar nampak menyatu
Hanya menyenangkan hati orang lain
Jangan sakit hati, jangan benci
97. Yen ilapating wahyu
Yen yuwana ing salami
Marga wimbubing nugraha
Saking Heb Kang Mahasuci
Cinancang pucuking cipta
Nora ucul-ucul kaki
Bila demikian syarat wahyu
Bila selamat untuk selamanya
Jalan menambah anugerah
Dari Tuhan yang Mahasuci
Diikat di ujung cita-cita
Tidak akan kunjung lepas, anakku
98. Mangkono ingkang tinamtu
Tanpa nugrahaning Widhi
Marma ta kulup den bisa
Mbusuki ujaring janma
Pakoleh lair batine
Iyeku budi premati
Demikian yang ditentukan
Mendapat anugerah Tuhan
Oleh karena itu anakku, agar bisa
Pura-pura bodoh atas pembicaraan orang
Hasil lahir batin
Yakni sifat yang baik
99. Pantes tinulad tinurut
Laladane mrih utami
Utama kembanging mulya
Kamulyaning jiwa dhiri
Ora kena yen ta ngeplekana
Lir leluhur nguni-uni
Pantas dicontoh dan diturut
Cara mencapai keutamaan
Keutamaan dasar kemuliaan
Kemuliaan jiwa raga
Tidak akan sama persis
Seperti leluhur jaman dahulu
100. Ananging ta kudu-kudu
Sakadarira pribadi
Aywa tinggal tutuladhan
Lamun tan mangkono kaki
Yekti tuna ing tumitah
Poma estokena kaki.
Tetapi harus diusahakan
Sebatas kemampuan diri
Jangan meninggalkan contoh-contoh
Jika tidak demikian, anakku
Sungguh merugi hidup ini
Maka perhatikanlah anakku
Bag-2
TEMBANG GAMBUH
48. Samengko ingsun tutur
Sembah catur supaya lumuntur
Dhihin: raga, cipta, jiwa, rasa, kaki
Ing kono lamun tinemu
Tandha nugrahaning manon
Kini aku menasehatkan
Empat sembah agar kau tiru
Pertama, raga, cipta, jiwa, rasa, anakku
Di situ bila terdapat
Tanda anugerah Tuhan
49. Sembah raga puniku
Pakartine wong amagang laku
Sesucine asarana saking warih
Kang wus lumrah limang wektu
Watak wantuning wewawaton
Sembah raga itu
Perbuatan orang yang sedang mempraktekkan
Bersuci dengan air
Yang biasa lima waktu
Merupakan watak aturan
50. Ing uni-uni durung
Sinarawung wulang kang sinerung
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit
Mintokken kawignyanipun
Sarengate elok-elok
Jaman dulu belum
Kenal dengan ajaran rahasia
Baru kini bangsa menunjukkan karyanya
Menunjukkan kemampuannya
Dengan cara yang aneh-aneh
51. Thithik kaya santri Dul
Gajeg kaya santri brai kidul
Saurute Pacitan pinggir pasisir
Ewon wong kang padha nggugu
Anggere guru nyalemong
Kadang-kadang seperti santri Dul
Tampaknya seperti santri daerah selatan
Menelusuri pantai Pacitan
Ribuan orang yang percaya
Aturan yang asal diucapkan
52. Kasusu arsa weruh
Cahyaning Hyang kinira yen karuh
Ngarep-arep kurub arsa den kurebi
Tan wruh kang mangkono iku
Akale kaliru enggon
Terburu-buru ingin tahu
Kenal dengan cahaya Tuhan
Mengharap cahaya untuk dihormati
Tak tahu yang demikian itu
Pandangannya salah tempat
53. Yen ta jaman rumuhun
Tata, titi tumrah-tumaruntun
Bangsa srengat tan winor lan laku batin
Dadi ora gawe bingung
Kang padha nembah Hyang Manon
Kalau jaman dahulu
Diatur sejak awal sampai usai
Syariat tak dicampur dengan ulah batin
Jadi tidak membingungkan
Bagi yang menyembah Tuhan
54. Lire sarengat iku
Kena uga ingaranan laku
Dhihin ajeg, kapindhone ataberi
Pakolehe putraningsun
Nyenyeger badan mrih kaot
Maksud syariat itu
Dapat juga disebut laku
Pertama tetap, kedua rajin
Hasilnya, anakku
Menyegarkan badan agar labih baik.
55. Wong seger badanipun
Otot daging kulit balung sungsum
Trumap ing rah mamarah antenging ati
Antenging ati nunungku
Agruwat ruweting batos
Orang yang segar badannya
Otot daging kulit tulang sumsum
Mempengaruhi darah menjadikan hati terang
Ketenangan hati menjadikan
Hilangnya keruwetan hati
56. Mangkono mungguh ingsun
Ananging ta sarehne asnapun
Beda-beda panduk panduming dumadi
Sayektine nora jumbuh
Tekad kang padha linakon
Bagitu menurut pendapatku
Tetapi berhubung berbeda-beda
Berbeda dengan nasib manusia
Sesungguhnya tidak sesuai
Dengan tekat yang dijalankan
57. Nanging ta paksa tutur
Rehning tuwa tuwase mung catur
Mbok lumuntur lantaraning reh utami
Sing sapa temen tinemu
Nugraha geming kaprabon
Tapi tekpasa menasehati
Karena sebagai tetua hanya dapat berkata
Siapa tahu dapat diwariskan sebagai kebaikan
Siapa yang rajin akan berhasil
Anugerah untuk kerajaan
58. Samengko sembah kalbu
Yen lumintu uga dadi laku
Laku agung kang kagungan Narapati
Patitis tetesing kawruh
Meruhi marang kang momong
Kini sembah kalbu
Jika mengalir juga menjadi laku
Laku baik seperti narapati
Tepat tumbuh ilmu ini
Tahu kepada yang mengasuhnya
59. Sucine tanpa banyu
Mung nyunyuda mring hardaning kalbu
Pambukane: tata, titi, ngati-ati
Atetep, taleten, atul
Tuladhan marang waspaos
Bersuci tanpa air
Hanya mengurangi nafsu hati
Diawali dengan tata, teliti dan berhati-hati
Tetap, tidak bosan, dan setia
Contoh untuk kewaspadaan
60. Mring jatining pandulu
Panduk ing ndon dadalan satuhu
Lamun lugu legutaning reh maligi
Lagehane tumalawung
Wenganing alam kinaot
Pada pandangan yang benar
Cara kerja di jalan yang baik
Bila lugas kepada kebiasaan yang khusus
Ciri yang jauh
Membuka alam yang lain
61. Yen wis kambah kadyeku
Sarat sareh saniskareng laku
Kalakone saka eneng, ening, eling
Ilanging rasa tumlawung
Kono adile Hyang Manon
Bila telah mencapai demikian
Saratnya sabar dalam segala hal
Terlaksana dari dalam, khidmad, dan ingat
Bila ras ajauh telah hilang
Di situ keadilan Tuhan
62. Gagare ngunggar kayun
Tan kayungyun mring ayuning kayun
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi
Marma den awas, den emut
Mring pamuringing lelakon
Kegagalan acuh kepada kehendak
Tak tertarik pada keindahan cita-cita
Hal rekaan bila dirasa tidak jadi
Maka pahami dan ingatlah
Terhadap penghalang langkah
63. Samengko kang tinutur
Sembah katri kang sayekti katur
Mring Hyang Sukma sukmanen sa ari-ari
Arahen dipun kacakup
Sembah ing jiwa sutengong
Kini yang dibicarakan
Sembah ketiga yang akan disampaikan
Kepada Hyang Sukma yang menghidupi
Usahakan tercapai
Sembah dalam jiwa ini anakku
64. Sayekti luwih perlu
Ingaran kang tumrap bangsa batin
Kalakuan kang tumrap bangsaning batin
Sucine lan awas emut
Mring alame lama amot
Sebenarnya lebih penting
Disebut akhir perjalanan
Tindakan yang berkaitan dengan batin
Bersuci dengan awas dan ingat
Kepada alam yang maha luas
65. Ruktine ngangkah ngukut
Ngiket ngruket triloka kakukut
Jagad agung ginulung lan jagad cilik
Den kandel kumandel, kulup
Mring kelaping alam kono
Memelihara dengan menguasai
Mencakup, merangkul tiga dunia seluruhnya
Jagad agung digulung dengan jagad kecil
Pertebal keyakinanmu, anakku
Kepada keindahan alam ini
66. Keleme mawa limut
Kalamutan jroning alam kanyut
Sanyatane iku kanyatan kaki
Sajatine yen tan emut
Sayekti tan bisa awor
Tenggelam bersama kegelapan
Melalui tanda alam yg menghanyutkan
Sesungguhnya itu kenyataan, anakku
Sebenarnya bila tak disadari
Sesungguhnya tak dapat berbaur
67. Pamete saka luyut
Sarwa sareh saliring panganyut
Lamun yitna kayitnan kang miyatani
Tarlen mung pribadinipun
Kang katon tinonton kono
Sarana dari batas lahir batin
Serba sabar mengikuti irama menghanyutkan
Bila waspada, itu dapat diandalkan
Tak lain hanya pribadinya
Yang tampak terlihat di situ
68. Nging aywa salah surup
Kono ana sajatining urub
Yeku urub pangarep uriping budi
Sumirat-sirat narawung
Kadya kartika katonton
Tapi jangan salah mengerti
Di situ ada cahaya sejati
Yakni cahaya harapan hidup berbudi
Bercahaya dengan jelas
Bagai bintang nampaknya
69. Yeku wenganing kalbu
Kabukane kang wengku-winengku
Wewangkone wis kawengku neng sireki
Nging sira uga kawengku
Mring kang pindha kartika byor
Yakni terbukanya hati
Terbukanya yang kuasa-menguasai
Daerahnya telah kau kuasai kini
Tetapi kau juga dikuasai
Oleh yang bagai cahaya bintang
70. Samengko ingsun tutur
Santya sembah ingkang kaping catur
Sembah rasa karasa rosing dumadi
Dadine wis tanpa tuduh
Mung kalawan kasing batos
Kini aku berkata
Ganti sembah yang keempat
Sembah rasa terasa inti kehidupan
Terjadi tanpa petunjuk
Hanya dengan kekuatan batin
71. Kalamun durung lugu
Aja pisan wani ngaku-aku
Antuk siku kang mangkono iku kaki
Kena uga wenang muluk
Kalamun wus padha melok
Bila belum lugas
Jangan sekali-sekali berani mengaku-aku
Mendapat laknat yang demikian itu, anakku
Boleh juga berhak mengatakan
Bila telah sama-sama nampak
72. Meloke ujar iku
Yen wus ilang sumelanging kalbu
Amung kandel-kumandel ngandel mring takdir
Iku den awas den emut
Den memet yen arsa momot
Jelasnya perkataan itu
Bila telah hilang keraguan hati
Hanya tebal keberanian percaya takdir
Ikut ketahuilah, ingatlah
Telitihal agar menguasai seluruhnya
73. Pamoting ujar iku
Kudu santosa ing budi teguh
Sarta sabar tawakal legaweng ati
Trima lila ambek sadu
Weruh wekasing dumados
Muatan perkatan itu
Harus kuat pada sikap teguh
Serta sabar dan tawakal, ikhlaskanlah hati
Menerima, dan rela berbuat baik
Tahu akhir kejadian
74. Sabarang tindak-tanduk
Tumindake lan sakadaripun
Den ngaksama kasisipaning sasami
Sumimpanga ing laku dur
Ardaning budi kang ngrodon
Semua tingkah laku
Dilakukan sesuai kemampuan
Maafkanlah kesalahan orang lain
Janganlah berlaku jahat
Nafsu budi yang jelek
75. Dadya wruh: iya dudu
Yeku minangka pandaming kalbu
Ingkang mbuka ing kijabullah agaib
Sesengkeran kang sinerung
Dumunung telenging batos
Untuk memahami baik dan buruk
Yaitu merupakan pedoman hati
Yang membuka rintangan insan dan Tuhan
Yang dikuasai dan disembunyikan
Berada dalam relung batin
76. Rasaning urip iku
Krana momor pamoring sawujud
Wujudullah sumrambah ngalam sakalir
Lir manis kalawan madu
Endi arane ing kono
Rasa hidup itu
Karena menyatu dengan bentuk sewujud
Wujud Tuhan berada di seantero alam
Seperti manis dan madu
Mana nama itu sebenarnya
77. Endi manis ndi madu
Yen wis bisa muksmeng pasang semu
Pasamuwan ing Heb Ingkang Mahasuci
Kasikep ing tyas kacakup
Kasatmata lair batos
Mana manis mana madu
Bila telah dapat menghayati gambaran semu
Pengertian Tuhan Yang Mahasuci
Dicakup dan terkuasai di dalam hati
Tampak lahir batin
78. Ing batin tan kaliru
Kedhap kilap liniling ing kalbu
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi
Widadaning budi sadu
Pandak-panduke liru nggon
Dalam batin tak keliru
Kilap cahaya dilihat kalbu
Yang merupakan obor mendekat Tuhan
Keselamatan budi berbuat baik
Serta perubahan-perubahan yang beralih
79. Nggonira mamrih tulus
Kalasitaning reh kang rinuruh
Nggonira mrih wiwah warananing gaib
Paran ta lamun tan weruh
Sasmita jatining endhog
Usahamu agar berhasil
Tercapainya hal yang dicari
Usahamu agar lepas dari penghalang gaib
Bila tidak tahu
Ibarat kenyataan telur
80. Putih lan kuningipun
Lamun arsa titah teka mangsul
Dene nora mantra-mantra yen ing lahir
Bisaa aliru wujud
Kadadeyane ing kono
Putih dan kuningnya
Bila akan menetas berbalik
Tak terduga bahwa kenyataannya
Dapatlah berganti rupa
Kejadiannya seperti itu
81. Istingarah tan metu
Lawan istingarah tan lumebu
Dene ing njro wekasane dadi anjawi
Rasakena kang tuwayuh
Aja kongsi kabasturon
Dapat dipastikan tak keluar
Dan tentu tidak masuk
Kenyataannya di dalam, akhirnya di luar
Rasakan dengan sebenar-benarnya
Jangan sampai telanjur tidak mengerti
82. Karana yen kabanjur
Kajantaka tumekeng saumur
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi
Dadi wong ina tan weruh
Dheweke den anggep dhayoh.
Sebab bila telanjur
Akan kecewa selama-lamanya
Tak berguna bila meninggal dunia
Sebagai orang hina yang tak tahu
Dirinya dianggap tamu.
TEMBANG Kinanthi
83.Mangka kanthining tumuwuh
Salami mung awas eling
Eling lukitaning alam
Dadi wiryanbing dumadi
Supadi nir ing sangsaya
Yeku pangreksaning urip
Pada hal bekal orang hidup
Selamanya hanya awas dan ingat
Sadar kepada petunjuk di alam ini
Menjadi kekuatan hidp
Supaya lepas dari kesengsaraan
Yaitu cara merawat hidup
84. Marma den taberi kulup
Angulah lantiping ati
Rina wengi den anedya
Pandak-panduk ing pambudi
Mbengkas hardaning driya
Supadya dadya utami
Oleh karena itu, rajinlah anakku
Belajar menajamkan perasaan
Siang malam berusahalah
Berusahalah selalu
Menghancurkan nafsu indera
Supaya menjadi utama
85. Pangasahe sepi samun
Aywa esah ing salami
Samangsa wis kawistara
Lalandhepe mingis-mingis
Pasah wukir Reksamuka
Kekes srabedaning budi
Penajamannya di alam sepi
Jangan berhenti selamanya
Pada saat telah kelihatan
Tajamnya luar biasa
menghancurkan gunung reksamuka
Lenyaplah semua penghalang kebaikan
86. Dene awas tegesipun
Weruh waranane urip
Miwah wisesaning tunggal
Kang atunggil rina wengi
Kang mukita ing sakarsa
Gumelar ngalam sakalir
Sedangkan awas artinya
Tahu penghalang kehidupan
Dan penguasa tunggal
Yang selalu menyatu siang malam
Yang memenuhi segala keinginan
Terhampar di seluruh alam
87. Aywa sembrana ing kalbu
Wawasen wuwus sireki
Ing kono yekti karasa
Dudu ucape pribadi
Marma den sambadeng sedya
Wawasen praptaning uwis
Jangan gegabah dalam hati
Perhatikan ucapanmu itu
Di situ akan terasa
Bukan ucapanmu sendiri
Untuk itu persiapkan tekadmu
Perhatikan sampai usai
88. Simakna semanging kalbu
Den waspada ing pangeksi
Yeku dalaning kasidan
Sinuda saka sathithik
Pamothaning napsu-hawa
Linatiha mamrih titih
Hilangkan kebimbangan hati
Waspadalah terhadap pandangan
Yakni jalan kematian
Kurangilah demi sedikit
Gejolak nafsu angkara
Latihlah agar sempurna
89. Aywa mamatuh nalutuh
Tanpa tuwas tanpa kasil
Kasalibuk ing sabeda
Marma dipun ngati-ati
Urip keh rencananira
Sambekala lan kaliling
Jangan suka berbuat jelek
Tanpa guna tanpa hasil
Terjerat olah aral
Oleh karena itu berhati-hatilah
Hidup banyak gangguan
Godaan harus diperhatikan
90. Upamane wong lumaku
Marga gawat den liwati
Lamun kurang ing pangarah
Sayekti karendhet ing ri
Apese kasandhung padhas
Babak-bundhas anemahi
Misalnya orang berjalan
Jalan yang berbahaya dilaluinya
Jika kurang berhati-hati
Akhirnya tertusuk duri
Naasnya terantuk batu
Babak belur akhirnya
91. Lumrah bae yen kadyeku
Atetamba yen wis bucik
Duwea kawruh sabodhang
Yen tan martani ing kapti
Dadi kawruhe kinarya
Ngupaya kasil lan melik
Biasa saja yang demikian itu
Berobat bila telah luka
Walau berpengetahuan segudang
Bila tak memahami niatnya
Jadi pengetahuan yang buruk
Mencari penghasilan dan pamrih
92. Meloke yen arsa muluk
Muluk ujare lir wali
Wola-wali nora nyata
Anggepe pandhita luwih
Kaluwihane tan ana
Kabeh tandha-tandha sepi
Kelihatan bila akan berbicara
Berkata, ucapannya bagai wali
Berulang-ulang tidak nyata
Menganggap diri pendeta hebat
Kelebihannya tidak ada
Semuanya tidak terbukti
93. Kawruhe mung ana wuwus
Wuwuse gumaib-gaib
Kasliring thithik tan kena
Mancereng alise gathik
Apa pandhita antiga
Kang mangkono iku kaki
Pengetahuannya hanya dalam kata-kata
Bicaranya digaib-gaibkan
Disela sedikitpun tak mau
Membelalak alisnya menyatu
Apakah itu pendeta gadungan
Yang demikian itu, anakku
94. Mangka ta kang aran laku
Lakune ngelmu sejati
Tan dahwen pati openan
Tan panasten nora jail
Tan njuringi ing kaardan
Amung eneng mamrih ening
Pada hal yang disebut laku
Syarat ilmu yang sejati
Tidak iri dan dengaki
Tidak panas hati, tidak jahil
Tak mendorong pada nafsu
Hanya diam agar khidmat
95. Kaunang ing budi luhur
Bangkit ajur ajer kaki
Yen mangkono bakal cikal
Thukul wijining utami
Nadyan bener kawruhira
Yen ana kang nyulayani
Kemashuran sifat yang baik
Pandai bergaul dengan siapa saja, anakku
Bila demikain akan tumbuh
Muncul benih yang baik
Meski benar pengetahuanmu
Bila ada yang menentang
96. Tur kang nyulayani iku
Wus wruh yen kawruhe nempil
Nanging laire angalah
Katingala angemori
Mung ngenaki tyasing liyan
Aywa esak, aywa serik.
Dan yang menentang itu
Telah tahu bila ilmunya bukan milik sendiri
Tetapi di luar tampak mengalah
Agar nampak menyatu
Hanya menyenangkan hati orang lain
Jangan sakit hati, jangan benci
97. Yen ilapating wahyu
Yen yuwana ing salami
Marga wimbubing nugraha
Saking Heb Kang Mahasuci
Cinancang pucuking cipta
Nora ucul-ucul kaki
Bila demikian syarat wahyu
Bila selamat untuk selamanya
Jalan menambah anugerah
Dari Tuhan yang Mahasuci
Diikat di ujung cita-cita
Tidak akan kunjung lepas, anakku
98. Mangkono ingkang tinamtu
Tanpa nugrahaning Widhi
Marma ta kulup den bisa
Mbusuki ujaring janma
Pakoleh lair batine
Iyeku budi premati
Demikian yang ditentukan
Mendapat anugerah Tuhan
Oleh karena itu anakku, agar bisa
Pura-pura bodoh atas pembicaraan orang
Hasil lahir batin
Yakni sifat yang baik
99. Pantes tinulad tinurut
Laladane mrih utami
Utama kembanging mulya
Kamulyaning jiwa dhiri
Ora kena yen ta ngeplekana
Lir leluhur nguni-uni
Pantas dicontoh dan diturut
Cara mencapai keutamaan
Keutamaan dasar kemuliaan
Kemuliaan jiwa raga
Tidak akan sama persis
Seperti leluhur jaman dahulu
100. Ananging ta kudu-kudu
Sakadarira pribadi
Aywa tinggal tutuladhan
Lamun tan mangkono kaki
Yekti tuna ing tumitah
Poma estokena kaki.
Tetapi harus diusahakan
Sebatas kemampuan diri
Jangan meninggalkan contoh-contoh
Jika tidak demikian, anakku
Sungguh merugi hidup ini
Maka perhatikanlah anakku
Label: SERAT WEDHATAMA
SERAT WEDHATAMA
Bagian-1
TEMBANG PANGKUR
1. Mingkar mingkuring angkara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap ing tanah Jawa
Agama ageming aji
Menghindarkan diri dari angkara
Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai Kenyataannya, di tanah Jawa Agama dianut raja
2. Jinejer neng Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi asepa lir sepah samun
Samangsane pasamuan
Gonyak-ganyuk nglelingsemi
Diuraikan dalam Wedhatama
Agar tidak mengendurkan budi daya
Pada hal meski tua renta
Bila tak memahami perasaan
Sama sekali tak berguna
Misalnya dalam pertemuan
Canggung memalukan
3. Nggugu karsane priyangga
Nora nganggo paparah lamun angling
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun ing samudana
Sesadon ingadu manis
Menuruti keinginan pribadi
Bila berbicara tanpa dipikir lebih dahulu
Tak mau disebut bodoh
Asal dipuji dan disanjung
Tetapi manusia telah paham akan pertanda
Yang ditutupi dengan kepura-puraan
Ditampilkan dengan manis
4. Si pengung ora nglegewa
Sangsayarda denira cacariwis
Ngandhar-andhar angendhukur
Kandhane nora kaprah
Saya elok alangka longkanganipun
Si wasis waskitha ngalah
Ngalingi marang si pingging
Si bodoh tidak menyadari
Bicaranya semakin menjadi-jadi
Melantur-lantur semakin jauh
Ucapannya tidak masuk akal
Semakin aneh dan jauh dari kenyataan
Si pandai dan waspada mengalah
Menutupi kekurangan si bodoh
5. Mangkono ngelmu kang nyata
Sanyatane mung weh reseping ati
Bungah ingaran cubluk
Sukeng tyas yen den ina
Nora kaya si punggung anggung gumunggung
Agungan sadina-dina
Aja mangkono wong urip
Begitulah ilmu yang nyata
Sesungguhnya hanya memberi kesejukan
Bangga dikatakan bodoh Senang hatinya bila dihina
Tidak seperti si bodoh yang besar kepala
Minta dipuji setiap hari
Orang hidup jangan begitulah
6. Uripe sapisan rusak
Nora mulur nalare ting saluwir
Kadi ta guwa kang sirung
Sinerang ing maruta
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha
Prandene paksa kumaki
Hidupnya semakin rusak
Nalarnya tidak berkembang dan compang-camping
Seperti gua yang gelap
Diterpa angin badai
Menggeram, mengaung, gemuruh
Sama siperti si muda
Meski begitu ia tetap sombong
7. Kikisane mung sapala
Palayune ngendelken yayah-wibi
Bangkit tur bangsaning luhur
Lah iya ingkang rama
Balik sira sasrawungan bae durung
Mring atining tata krama
Nggon-anggon agama suci
Kemampuannya sangat kecil
Geraknya bergantung kepada ayah-ibu
Terpandang dan luhur. I
tu kan orang tuanya
Sedangkan kamu belum mengenal
Artinya sopan-santun
Yang merupakan ajaran agama
8. Socane jiwangganira
Jer katara lamun pocapan pasthi
Lumuh asor kudu unggul
Sumengah sosongaran
Yen mangkono kena ingaran katungkul
Karem ing reh kaprawiran
Nora enak iku kaki
Sifat-sifat dirimu Tampak dalam tutur-bicara
Tak mau mengalah, harus selalu menang
Congkak penuh kesombongan
Sikap seperti itu salah
Gila kemenangan Itu tak baik, anakku
9. Kekerane ngelmu karang
Kakarangan saking bangsaning gaib
Iku boreh paminipun
Tan rumasuk ing jasad
Amung aneng sajabaning daging kulup
Yen kapengkok pancabaya
Ubayane mbalenjani
Yang termasuk ilmu takhayul
Pesona yang berasal dari hal-hal gaib
Ibarat bedak Tidak meresap ke dalam tubuh
Hanya ada berada di luar daging, anakku
Jika tertimpa mara bahaya
Pasti akan mengingkari
10. Marma ing sabisa-bisa
Bebasane muriha tyas basuki
Puruhita kang patut
Lan traping angganira
Ana uga angger-ugering keprabun
Abon-aboning panembah
Kang kambah ing siyang ratri
Maka sedapat mungkin Usahakan berhati baik
Mengabdilah dengan baik
Sesuai dengan kemampuanmu
Juga tata-cara kenegaraan
Tata-cara berbakti
Yang berlaku sepanjang waktu
11. Iku kaki takokena
Marang para sarjana kang martapi
Mring tapaking tepa tulus
Kawawa nahen hawa
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu
Tan mesthi neng janma wredha
Tuwin muda sudra kaki
Bertanyalah anakku
Kepada para pendeta yang bertirakat
Kepada segala teladan yang baik
Mampu menahan hawa nafsu
Pengetahuanmu akan kenyataan ilmu
Tidak hanya terhadap orang tua-tua
Dan orang muda dan hina anakkku
12. Sapantuk wahyuning Allah
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit
Bangkit mikat reh mangukut
Kukutaning jiwangga
Yen mangkono kena sinebut wong sepuh
Liring sepuh sepi hawa
Awas roroning atunggal
Barangsiapa mendapat wahyu
Tuhan Akan cepat menguasai ilmu
Bangkit merebut kekuasaan
Atas kesempurnaan dirinya
Bila demikian, ia dapat disebut orang tua
Artinya sepi dari kemurkaan
Memahami dwi-tunggal
13. Tan samar pamoring sukma
Sinukmaya winahya ing ngasepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning warana
Tarlen saking liyep layaping ngaluyup
Pindha pesating supena
Sumusiping rasa jati
Tidak bingung kepada perpaduan sukma
Diresapkan dan dihayati di kala sepi
Disimpan di dalam hati
Pembuka tirai itu Tak lain antara sadar dan tidak
Bagai kilasan mimpi
Menyusupnya rasa sejati
14. Sajatine kang mangkana
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi
Bali alaming asuwung
Tan karem karameyan
Ingkang sipat wisesa-winisesa wus
Mulih mula-mulanira
Mulane wong anom sami.
Sesungguhnya yang demikian itu
Telah mendapat anugerah Tuhan
Kembali ke alam kosong
Tak suka pada keramaian
Yang bersifat kuasa-menguasai
Telah memilih kembali ke asal
Demikianlah, anak muda
TEMBANG SINOM
15. Nuladha laku utama
Tumrape wong tanah Jawi
Wong agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senopati
Kapati amarsudi
Sudane hawa lan nepsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Amamangun karyenak tyasing sasama
Contohlah tingkah laku yang terbaik
Untuk kalangan orang di tanah Jawa
Orang mulia dari Mataram Panembahan Senapati
Beliau sangat tekun Mengurangi hawa dan nafsu
Dengan jalan bertapabrata
Di siang dan malam hari
Membangun kebahagian hati sesama
16. Samangsane pasamuwan
Mamangun marta martani
Sinambi ing saben mangsa
Kala-kalaning ngasepi
Lelana teka-teki
Nggayuh geyonganing kayun
Kayungyun eninging tyas
Sanityasa pinrihatin
Pungguh panggah cegah dhahar lawan guling
Di setiap pertemuan
Menciptakan kebahagiaan merata
Sambil di setiap saat
Waktu-waktu yang sepi
Berkelana sambil bertapa
Demi mencapai cita-cita
Terpendam di lubuk hati Selalu berprihatin
Berpegang teguh mencegah makan dan tidur
17. Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing supana
Mrih pana pranaweng kapti
Tis-tising tyas marsudi
Mardawaning budya tulus
Mesu reh kasudarman
Neng tepining jalanidhi
Sruning brata kataman wahyu dyatmika
Setiap pergi meninggalkan istana
Pergi ke tempat sepi
Menyerap berbagai ilmu keutamaan
Agar paham dan jelas yang dituju
Maksud hati mencapai
Kehalusan budi yang tulus
Mempelajari ilmu tua
Di tepi samudera
Dari ketekunannya didapat wahyu yang baik
18. Wikan wengkoning samodra
Kederan wus den ideri
Kinemat kamot ing driya
Rinegem sagegem dadi
Dumadya angratoni
Neng Kangjeng Ratu Kidul
Ndedel ngayun nggegana
Umara marek maripih
Sor prabawa lan Wong Agung Ngeksiganda
Paham tepi samudera
Seluruhnya telah dikitari
Disimpan dalam pikiran
Digenggam sekali genggam
Menguasai Kanjeng Ratu Selatan
Terbang tinggi ke angkasa
Datang dengan mengendap-endap
Kalah wibawa dengan yang Mulia Dari Mataram
19. Dahat denira aminta
Supeket pangkat kanthi
Jroning alam palimunan
Ing paseban saben sepi
Sumanggem anyanggemi
Ing karsa kang wus tinamtu
Pamrihe mung aminta
Supangate teki-teki
Nora ketang teken janggut suku jaja
Dia minta dengan sangat
Agar akrab dan dijadikan pengikut
Dalam alam gaib
Pada waktu berkelana di alam sepi
Siap menyanggupi Kehendak yang telah dimaksud
Bermaksud meminta
Restu dari pertapa
Meski harus sampai merayap (merangkak)
20. Prajanjine abipraya
Saturun-turune wuri
Mangkono trahing awirya
Yen amasah mesu budi
Dumadya glis dumugi
Iya ing sakarsanipun
Wong Agung Ngeksiganda
Nugrahane prapteng mangkin
Trah tumerah darahe padha wibawa
PerJanjian bertujuan baik
Untuk anak cucu di kemudian hari Demikian keturunan raja
Bila mencari ilmu kesempurnaan
Akhirnya akan segera tercapai
Apa yang diinginkan
Yang Mulia dari Mataram
Anugerahnya segera tiba Semua keturunannya berpangkat tinggi
21. Ambawani tanah Jawa
Kang padha jemuneng aji
Satriya dibya sumbaga
Tan liyan trahing Senopati
Pan iku pantes ugi
Tinulad labetanipun
Ing sakuwasanira
Enake lan jaman mangkin
Sayektine tan bisa ngepleki kuna
Menguasai tanah Jawa
Semua menjadi raja
Kstaria pandai dan tampan
Tak lain keturunan Senapati
Itulah pantas pula
Dicontoh perjuangannya
Sesuai kemampuannya
Kebahagiaan di masa depan
Sesungguhnya tak dapat meniru jaman kuna
22. Lowung kalamun tinimbang
Ngaurip tanpa prihatin
Nanging ta ing jaman mangkya
Pra mudha kang den karema
Manulad nelad nabi
Nayakengrat gusti rasul
Anggung ginawa umbag
Saben seba mampir masjid
Ngajab-ajab mukjijat tibaning drajat
Itu lebih baik daripada Hidup tanpa prihatin
Namun di jaman kini
Yang disukai anak muda
Meniru-niru nabi
Utusan Tuhan adalah rasul
Selalu disombongkan
Setiap menghadap, singgah ke masjid
Mengharap mukjizat kejatuhan derajat
23. Anggung anggubel sarengat
Saringane tan den weruhi
Dalil dalaning ijemak
Kiyase nora mikani
Katungkul nungkul sami
Bengkrakan neng masjid agung
Kalamun maca kutbah
Lelagone dhandanggendhis
Swara arum ngumandhang cengkok palaran
Selalu mempelajari syariat
Intinya tak diketahui
Dalil jalan ijmak
Tidak paham akan kias
Mereka hanya terlena
Berbondong-bondong ke masjid agung
Ketika membaca kutbah Lagunya dandanggula
Suara indah mengumandangkan palaran
24. Lamun sira paksa nulad
Tuladhane Kangjeng Nabi
O, ngger kadohan panjangkah
Wateke tan beteh kaki
Rehne ta sira Jawi
Sathithhik bae wus cukup
Aja guru aleman
Nelad kas ngepleki pekih
Lamun pengkuh pangangkah yekti karamat
Andaikan kamu harus meniru
Teladan kanjeng nabi
O, anakku terlalu jauh langkahmu
Kiranya tak tahan, anakku
Karena kamu orang Jawa
Sedikit saja sudah cukup
Jangan suka disanjung
Berhasrat meniru fikih
Jika kuat cita-citamu tentu mendapat rahmat
25. Nanging enak ngupa boga
Rehne ta tinitah langip
Apa ta suwiteng nata
Tani tanapi agrami
Mangkono mungguh mami
Padune wong dahat cubluk
Durung wruh cara Arab
Jawaku bae tan ngenting
Parendene paripeksa mulang putra
Tapi enak mencari nafkah
Karena ditakdirkan sebagai makhluk lemah
Apakah mengabdi raja
Bertani dan berdagang
Begitu menurut hematku
Karena aku orang bodoh
Belum paham bahasa Arab
Bahasa Jawaku saja belum memadai
Tetapi memaksa diri mengajari anak
26. Saking duk maksih taruna
Sadhela wus anglakoni
Aberag marang agama
Maguru anggering kaji
Sawadine tyas mami
Banget wedine ing besuk
Pranata ngakir jaman
Tan tutug kaselak ngabdi
Nora kober sembayang gya tinimbalan
Sejak masih muda
Walau sebentar telah mengalami
Mempelajari agama
Berguru menurut aturan haji
Sebenarnya rahasia hatiku
Sangat takut kelak kemudian
Aturan di akhir jaman
Belum sampai mengabdikan diri
Tak sempat sembayang telah dipanggil
27. Marang ingkang asung pangan
Yen kasuwen den dukani
Abubrah bawur tyas ingwang
Lir kiyamat saben hari
Bot Allah apa Gusti
Tambuh-tambuh solah ingsun
Lawas-lawas anggraita
Rehne ta suta priyayi
Yen meminta dadi kaum temah nistha
Kepada yang memberi makan
Bila terlalu lama dimurkai
Kacau-balau hatiku
Bagaikan kiamat setiap hari
Berat Tuhan ataukah Raja
Ragu-ragu tindakanku
Lama-lama terpikirkan
Karena anak bangsawan
Bila ingin menjadi juru doa tak mungkin
28. Tuwin ketib suragama
Pan ingsun nora winaris
Angur baya ngantepana
Pranatan wajibing urip
Lampahan angluluri
Aluraning pra luluhur
Kuna kumunanira
Kongsi tumekeng samangkin
Kikisane tan liyan amung ngupa boga
Dan bila menjadi khotib
Aku tidak mewarisinya
Lebih baik sungguh sungguh
mengikuti aturan wajib bagi orang hidup
Menjalankan jejak leluhur
Alurnya para leluhur
Jaman dahulu
Sampai sekarang ini
Tidak lain hanya mencari nafkah
29. Bonggan kang tan mrelokena
Mungguh ugering ngaurip
Uripe lan tri prakara
Wirya, arta, tri winasis
Kalamun kongsi sepi
Saka wilangan tetelu
Telas tilasing janma
Aji godhong jati aking
Temah papa papariman ngulandara
Salahnya sendiri yang tak peduli
Akan aturan hidup
Hidup berlandasan tiga perkara
Luhur, harta dan pandai
Bila sampa tidak memiliki
Dari bilangan tiga itu Habislah arti manusianya
Lebih berharga daun jati yang kering
Akhirnya sengsaranya seperti pengemis Sengsara mengembara
30. Kang wus waspada ing patrap
Mangayut ayat winasis
Wasana wosing jiwangga
Melok tanpa aling-aling
Kang ngalingi kaliling
Wenganing rasa tumlawung
Kekese saliring jaman
Angelangut tanpa tepi
Yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma
Yang telah waspada terhadap tingkah
Menghayati aturan bijak
Akhirnya inti kehidupan
Tampak nyata tanpa tirai
Yang menutupi tersingkap
Terbukanya rasa yang jauh
Tampak seluruh masa
Jauh tanpa batas
Disebut bertapa atas tapak Hyang Sukma
31. Mangkono janma utama
Tuman tumanem ing sepi
Ing saben dina rikala mangsa
Mnangsah amamasuh budi
Lahire den tetepi
Ing reh kasatriyanipun
Susila anoraga
Wignya met tyasing sasami
Yeku aran wong barek berag agama
Begitulan manusia utama
Suka berpendam alam kesepian
Dalam setiap saat masa
Mengasah dan membersihkan budi Memenuhi keadaannya
Sebagai manusia kesatria
Sopan dan ramah tamah
Pandai mengambil hati sesama
Yaitu disebut orang mahir bidang agama
32. Ing jaman mengko pan ora
Arahe para taruni
Yen antuk tuduh kang nyata
Nora pisan den lakoni
Banjur njujurken kapti
Kakekne arsa winuruk
Ngandelken gurumitra
Pandhitane praja sidik
Tur wus manggon pamucunge mring makripat
Pada jaman kini tidak demikian
Arah gerak para muda
Bila mendapat petunjuk nyata
Tidak pernah dijalankan
Kemudian menruut kemauannya sendiri
Kakeknya akan diajari
Mengandalkan kawan guru
Pendeta negara yang pandai
Telah tinggal dan sampai pada makrifat
TEMBANG POCUNG
33. Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara
Ilmu adalah
Dijalankan dengan perbuatan
Dimulai dengan kemauan
Kemauan adalah penguat
Budi setia penghancur kemurkaan
34. Angkara gung
Neng angga aggung gumulung
Gegolonganira
Triloka lekere kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda
Angkara yang besar
Dalam tubuh selalu menggelora
Golngannya
Sampai menguasai tiga dunia
Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya
35. Beda lamun
Kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama
Lain bila
Yang telah tertarik pada aturan jiwa
Suka selalu memaafkan
Sesama orang yang salah
Serba sabar karena berusaha bersikap baik
36. Taman limut
Durgameng tyas kang weh limput
Karem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sihing sukma ngrebda sahardi gengira
Tak berpenghalang
Hati jahat yang akan memberi kegelapan
Suka akan hormat
Karena tertutup oleh cinta kasih
Cinta kasih berkembang sebesar gunung
37. Yeku patut
Tinulad-tulad tinurut
Sapituduhira
Aja kaya jaman mangkin
Keh pra mudha mundhi diri lapal makna
Yaitu patut
Dicontoh-contoh diturut
Semua petunjuknya
Jangan seperti jaman kini
Banyak muda-mudi sombongkan rapal makna
38. Durung pecus
Kesusu kaselak besus
Amaknani rapal
Kaya sayid weton mesir
Pendak-pendhak mangendhak gunaning janma
Belum mampu
Terburu ingin lekas pandai
Mengartikan rapal
Bagai sayid dari Mesir
Sering meremehkan kemampuan orang lain.
39. Kang kadyeku
Kalebu wong ngaku-aku
Akale alangka
Elok jawane den mohi
Paksa ngangkah langkah met kawruh ing Mekah
Yang seperti itu
Termasuk orang yang mengaku-aku
Pikirannya tidak masuk akal
Aneh tak mengakui ke-jawaannya
Memaksa ingin mencari ilmu ke Mekah
40. Nora weruh
Rosing rasa kang rinuruh
Lumeketing angga
Anggere padha marsudi
Kana-kene kaanane nora beda
Tidak tahu
Inti sesuatu yang dicari
Yang melekat di badan
Asal semua mau berusaha
Sana-sini tak berbeda keadaannya
41. Uger lugu
Den ta mrih pralebdeng kalbu
Yen kabul kabuka
Ing drajad kajating urip
Kaya kang wus winahyeng sekar Srinata
Asal lugas
Dalam minat mingkatkan hati
Bila terkabul terbuka
Dalam derajat cita-cita hidup
Seperti telah diwahyukan dalam syair sinom
42. Basa ngelmu
Mupakate lan panemu
Pasahe lan tapa
Yen satriya tanah Jawi
Kuna-kuna kang ginilut tri-prakara
Yang disebut ilmu
Mufakat dengan mendapat
Mempan dengan bertapa
Bila kesatria tanah Jawa
Sejak dahulu yang dipelajari tiga hal
43. Lila lamun
Kelangan nora gegetun
Trima yen kataman
Sakserik sameng dumadi
Tri legawa nalangsa srah ing Bathara
Rela bila
Kehilangan tidak menyesal
Menerima bila tertimpa
Kedengkian dari orang lain
Ketiga, iklas berserah diri kepada Tuhan
44. Bathara Gung
Inguger 'graning jajantung
Jenek Hyang Wisesa
Saka pasemeden suci
Nora kaya si mudha mudhar angkara
Dewa yang agung
Ditempatkan di dalam hati
Betah Hyang Wisesa
Tempat peristirahatan suci
Tidak seperti si muda yang menyebar kemurkaan
45. Nora uwus
Kareme anguwus-uwus
Uwose tan ana
Mung janjine muring-muring
Kaya buta buteng betah nganiaya
Tidak kunjung berhenti
Suka mencaci-maki
Isinya tidak ada
Hanya asal marah-marah
Bagai raksasa yang suka menganiaya
46. Sakeh luput
Ing angga tansah linimput
Linimpat ing sabda
Narka lan ana udani
Lumuh ala ardane ginawe gada
Semua kesalahan
Dalam diri selalu ditutupi
Ditutupi dengan kata-kata
Mengira tak ada yang tahu
Bila dihina kemarahannya dijadikan senjata
47. Durung punjul
Ing kawruh kaselak jukul
Kaseselan hawa
Cepet kapepetan pamrih
Tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa
Belum pandai
Dalam ilmu terburu lebih
Dijejali hawa nafsu
Penuh ditutupi pamrih
Tak mungkin mendekat Hyang Wisesa.
Bagian-1
TEMBANG PANGKUR
1. Mingkar mingkuring angkara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap ing tanah Jawa
Agama ageming aji
Menghindarkan diri dari angkara
Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai Kenyataannya, di tanah Jawa Agama dianut raja
2. Jinejer neng Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi asepa lir sepah samun
Samangsane pasamuan
Gonyak-ganyuk nglelingsemi
Diuraikan dalam Wedhatama
Agar tidak mengendurkan budi daya
Pada hal meski tua renta
Bila tak memahami perasaan
Sama sekali tak berguna
Misalnya dalam pertemuan
Canggung memalukan
3. Nggugu karsane priyangga
Nora nganggo paparah lamun angling
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun ing samudana
Sesadon ingadu manis
Menuruti keinginan pribadi
Bila berbicara tanpa dipikir lebih dahulu
Tak mau disebut bodoh
Asal dipuji dan disanjung
Tetapi manusia telah paham akan pertanda
Yang ditutupi dengan kepura-puraan
Ditampilkan dengan manis
4. Si pengung ora nglegewa
Sangsayarda denira cacariwis
Ngandhar-andhar angendhukur
Kandhane nora kaprah
Saya elok alangka longkanganipun
Si wasis waskitha ngalah
Ngalingi marang si pingging
Si bodoh tidak menyadari
Bicaranya semakin menjadi-jadi
Melantur-lantur semakin jauh
Ucapannya tidak masuk akal
Semakin aneh dan jauh dari kenyataan
Si pandai dan waspada mengalah
Menutupi kekurangan si bodoh
5. Mangkono ngelmu kang nyata
Sanyatane mung weh reseping ati
Bungah ingaran cubluk
Sukeng tyas yen den ina
Nora kaya si punggung anggung gumunggung
Agungan sadina-dina
Aja mangkono wong urip
Begitulah ilmu yang nyata
Sesungguhnya hanya memberi kesejukan
Bangga dikatakan bodoh Senang hatinya bila dihina
Tidak seperti si bodoh yang besar kepala
Minta dipuji setiap hari
Orang hidup jangan begitulah
6. Uripe sapisan rusak
Nora mulur nalare ting saluwir
Kadi ta guwa kang sirung
Sinerang ing maruta
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha
Prandene paksa kumaki
Hidupnya semakin rusak
Nalarnya tidak berkembang dan compang-camping
Seperti gua yang gelap
Diterpa angin badai
Menggeram, mengaung, gemuruh
Sama siperti si muda
Meski begitu ia tetap sombong
7. Kikisane mung sapala
Palayune ngendelken yayah-wibi
Bangkit tur bangsaning luhur
Lah iya ingkang rama
Balik sira sasrawungan bae durung
Mring atining tata krama
Nggon-anggon agama suci
Kemampuannya sangat kecil
Geraknya bergantung kepada ayah-ibu
Terpandang dan luhur. I
tu kan orang tuanya
Sedangkan kamu belum mengenal
Artinya sopan-santun
Yang merupakan ajaran agama
8. Socane jiwangganira
Jer katara lamun pocapan pasthi
Lumuh asor kudu unggul
Sumengah sosongaran
Yen mangkono kena ingaran katungkul
Karem ing reh kaprawiran
Nora enak iku kaki
Sifat-sifat dirimu Tampak dalam tutur-bicara
Tak mau mengalah, harus selalu menang
Congkak penuh kesombongan
Sikap seperti itu salah
Gila kemenangan Itu tak baik, anakku
9. Kekerane ngelmu karang
Kakarangan saking bangsaning gaib
Iku boreh paminipun
Tan rumasuk ing jasad
Amung aneng sajabaning daging kulup
Yen kapengkok pancabaya
Ubayane mbalenjani
Yang termasuk ilmu takhayul
Pesona yang berasal dari hal-hal gaib
Ibarat bedak Tidak meresap ke dalam tubuh
Hanya ada berada di luar daging, anakku
Jika tertimpa mara bahaya
Pasti akan mengingkari
10. Marma ing sabisa-bisa
Bebasane muriha tyas basuki
Puruhita kang patut
Lan traping angganira
Ana uga angger-ugering keprabun
Abon-aboning panembah
Kang kambah ing siyang ratri
Maka sedapat mungkin Usahakan berhati baik
Mengabdilah dengan baik
Sesuai dengan kemampuanmu
Juga tata-cara kenegaraan
Tata-cara berbakti
Yang berlaku sepanjang waktu
11. Iku kaki takokena
Marang para sarjana kang martapi
Mring tapaking tepa tulus
Kawawa nahen hawa
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu
Tan mesthi neng janma wredha
Tuwin muda sudra kaki
Bertanyalah anakku
Kepada para pendeta yang bertirakat
Kepada segala teladan yang baik
Mampu menahan hawa nafsu
Pengetahuanmu akan kenyataan ilmu
Tidak hanya terhadap orang tua-tua
Dan orang muda dan hina anakkku
12. Sapantuk wahyuning Allah
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit
Bangkit mikat reh mangukut
Kukutaning jiwangga
Yen mangkono kena sinebut wong sepuh
Liring sepuh sepi hawa
Awas roroning atunggal
Barangsiapa mendapat wahyu
Tuhan Akan cepat menguasai ilmu
Bangkit merebut kekuasaan
Atas kesempurnaan dirinya
Bila demikian, ia dapat disebut orang tua
Artinya sepi dari kemurkaan
Memahami dwi-tunggal
13. Tan samar pamoring sukma
Sinukmaya winahya ing ngasepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning warana
Tarlen saking liyep layaping ngaluyup
Pindha pesating supena
Sumusiping rasa jati
Tidak bingung kepada perpaduan sukma
Diresapkan dan dihayati di kala sepi
Disimpan di dalam hati
Pembuka tirai itu Tak lain antara sadar dan tidak
Bagai kilasan mimpi
Menyusupnya rasa sejati
14. Sajatine kang mangkana
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi
Bali alaming asuwung
Tan karem karameyan
Ingkang sipat wisesa-winisesa wus
Mulih mula-mulanira
Mulane wong anom sami.
Sesungguhnya yang demikian itu
Telah mendapat anugerah Tuhan
Kembali ke alam kosong
Tak suka pada keramaian
Yang bersifat kuasa-menguasai
Telah memilih kembali ke asal
Demikianlah, anak muda
TEMBANG SINOM
15. Nuladha laku utama
Tumrape wong tanah Jawi
Wong agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senopati
Kapati amarsudi
Sudane hawa lan nepsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Amamangun karyenak tyasing sasama
Contohlah tingkah laku yang terbaik
Untuk kalangan orang di tanah Jawa
Orang mulia dari Mataram Panembahan Senapati
Beliau sangat tekun Mengurangi hawa dan nafsu
Dengan jalan bertapabrata
Di siang dan malam hari
Membangun kebahagian hati sesama
16. Samangsane pasamuwan
Mamangun marta martani
Sinambi ing saben mangsa
Kala-kalaning ngasepi
Lelana teka-teki
Nggayuh geyonganing kayun
Kayungyun eninging tyas
Sanityasa pinrihatin
Pungguh panggah cegah dhahar lawan guling
Di setiap pertemuan
Menciptakan kebahagiaan merata
Sambil di setiap saat
Waktu-waktu yang sepi
Berkelana sambil bertapa
Demi mencapai cita-cita
Terpendam di lubuk hati Selalu berprihatin
Berpegang teguh mencegah makan dan tidur
17. Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing supana
Mrih pana pranaweng kapti
Tis-tising tyas marsudi
Mardawaning budya tulus
Mesu reh kasudarman
Neng tepining jalanidhi
Sruning brata kataman wahyu dyatmika
Setiap pergi meninggalkan istana
Pergi ke tempat sepi
Menyerap berbagai ilmu keutamaan
Agar paham dan jelas yang dituju
Maksud hati mencapai
Kehalusan budi yang tulus
Mempelajari ilmu tua
Di tepi samudera
Dari ketekunannya didapat wahyu yang baik
18. Wikan wengkoning samodra
Kederan wus den ideri
Kinemat kamot ing driya
Rinegem sagegem dadi
Dumadya angratoni
Neng Kangjeng Ratu Kidul
Ndedel ngayun nggegana
Umara marek maripih
Sor prabawa lan Wong Agung Ngeksiganda
Paham tepi samudera
Seluruhnya telah dikitari
Disimpan dalam pikiran
Digenggam sekali genggam
Menguasai Kanjeng Ratu Selatan
Terbang tinggi ke angkasa
Datang dengan mengendap-endap
Kalah wibawa dengan yang Mulia Dari Mataram
19. Dahat denira aminta
Supeket pangkat kanthi
Jroning alam palimunan
Ing paseban saben sepi
Sumanggem anyanggemi
Ing karsa kang wus tinamtu
Pamrihe mung aminta
Supangate teki-teki
Nora ketang teken janggut suku jaja
Dia minta dengan sangat
Agar akrab dan dijadikan pengikut
Dalam alam gaib
Pada waktu berkelana di alam sepi
Siap menyanggupi Kehendak yang telah dimaksud
Bermaksud meminta
Restu dari pertapa
Meski harus sampai merayap (merangkak)
20. Prajanjine abipraya
Saturun-turune wuri
Mangkono trahing awirya
Yen amasah mesu budi
Dumadya glis dumugi
Iya ing sakarsanipun
Wong Agung Ngeksiganda
Nugrahane prapteng mangkin
Trah tumerah darahe padha wibawa
PerJanjian bertujuan baik
Untuk anak cucu di kemudian hari Demikian keturunan raja
Bila mencari ilmu kesempurnaan
Akhirnya akan segera tercapai
Apa yang diinginkan
Yang Mulia dari Mataram
Anugerahnya segera tiba Semua keturunannya berpangkat tinggi
21. Ambawani tanah Jawa
Kang padha jemuneng aji
Satriya dibya sumbaga
Tan liyan trahing Senopati
Pan iku pantes ugi
Tinulad labetanipun
Ing sakuwasanira
Enake lan jaman mangkin
Sayektine tan bisa ngepleki kuna
Menguasai tanah Jawa
Semua menjadi raja
Kstaria pandai dan tampan
Tak lain keturunan Senapati
Itulah pantas pula
Dicontoh perjuangannya
Sesuai kemampuannya
Kebahagiaan di masa depan
Sesungguhnya tak dapat meniru jaman kuna
22. Lowung kalamun tinimbang
Ngaurip tanpa prihatin
Nanging ta ing jaman mangkya
Pra mudha kang den karema
Manulad nelad nabi
Nayakengrat gusti rasul
Anggung ginawa umbag
Saben seba mampir masjid
Ngajab-ajab mukjijat tibaning drajat
Itu lebih baik daripada Hidup tanpa prihatin
Namun di jaman kini
Yang disukai anak muda
Meniru-niru nabi
Utusan Tuhan adalah rasul
Selalu disombongkan
Setiap menghadap, singgah ke masjid
Mengharap mukjizat kejatuhan derajat
23. Anggung anggubel sarengat
Saringane tan den weruhi
Dalil dalaning ijemak
Kiyase nora mikani
Katungkul nungkul sami
Bengkrakan neng masjid agung
Kalamun maca kutbah
Lelagone dhandanggendhis
Swara arum ngumandhang cengkok palaran
Selalu mempelajari syariat
Intinya tak diketahui
Dalil jalan ijmak
Tidak paham akan kias
Mereka hanya terlena
Berbondong-bondong ke masjid agung
Ketika membaca kutbah Lagunya dandanggula
Suara indah mengumandangkan palaran
24. Lamun sira paksa nulad
Tuladhane Kangjeng Nabi
O, ngger kadohan panjangkah
Wateke tan beteh kaki
Rehne ta sira Jawi
Sathithhik bae wus cukup
Aja guru aleman
Nelad kas ngepleki pekih
Lamun pengkuh pangangkah yekti karamat
Andaikan kamu harus meniru
Teladan kanjeng nabi
O, anakku terlalu jauh langkahmu
Kiranya tak tahan, anakku
Karena kamu orang Jawa
Sedikit saja sudah cukup
Jangan suka disanjung
Berhasrat meniru fikih
Jika kuat cita-citamu tentu mendapat rahmat
25. Nanging enak ngupa boga
Rehne ta tinitah langip
Apa ta suwiteng nata
Tani tanapi agrami
Mangkono mungguh mami
Padune wong dahat cubluk
Durung wruh cara Arab
Jawaku bae tan ngenting
Parendene paripeksa mulang putra
Tapi enak mencari nafkah
Karena ditakdirkan sebagai makhluk lemah
Apakah mengabdi raja
Bertani dan berdagang
Begitu menurut hematku
Karena aku orang bodoh
Belum paham bahasa Arab
Bahasa Jawaku saja belum memadai
Tetapi memaksa diri mengajari anak
26. Saking duk maksih taruna
Sadhela wus anglakoni
Aberag marang agama
Maguru anggering kaji
Sawadine tyas mami
Banget wedine ing besuk
Pranata ngakir jaman
Tan tutug kaselak ngabdi
Nora kober sembayang gya tinimbalan
Sejak masih muda
Walau sebentar telah mengalami
Mempelajari agama
Berguru menurut aturan haji
Sebenarnya rahasia hatiku
Sangat takut kelak kemudian
Aturan di akhir jaman
Belum sampai mengabdikan diri
Tak sempat sembayang telah dipanggil
27. Marang ingkang asung pangan
Yen kasuwen den dukani
Abubrah bawur tyas ingwang
Lir kiyamat saben hari
Bot Allah apa Gusti
Tambuh-tambuh solah ingsun
Lawas-lawas anggraita
Rehne ta suta priyayi
Yen meminta dadi kaum temah nistha
Kepada yang memberi makan
Bila terlalu lama dimurkai
Kacau-balau hatiku
Bagaikan kiamat setiap hari
Berat Tuhan ataukah Raja
Ragu-ragu tindakanku
Lama-lama terpikirkan
Karena anak bangsawan
Bila ingin menjadi juru doa tak mungkin
28. Tuwin ketib suragama
Pan ingsun nora winaris
Angur baya ngantepana
Pranatan wajibing urip
Lampahan angluluri
Aluraning pra luluhur
Kuna kumunanira
Kongsi tumekeng samangkin
Kikisane tan liyan amung ngupa boga
Dan bila menjadi khotib
Aku tidak mewarisinya
Lebih baik sungguh sungguh
mengikuti aturan wajib bagi orang hidup
Menjalankan jejak leluhur
Alurnya para leluhur
Jaman dahulu
Sampai sekarang ini
Tidak lain hanya mencari nafkah
29. Bonggan kang tan mrelokena
Mungguh ugering ngaurip
Uripe lan tri prakara
Wirya, arta, tri winasis
Kalamun kongsi sepi
Saka wilangan tetelu
Telas tilasing janma
Aji godhong jati aking
Temah papa papariman ngulandara
Salahnya sendiri yang tak peduli
Akan aturan hidup
Hidup berlandasan tiga perkara
Luhur, harta dan pandai
Bila sampa tidak memiliki
Dari bilangan tiga itu Habislah arti manusianya
Lebih berharga daun jati yang kering
Akhirnya sengsaranya seperti pengemis Sengsara mengembara
30. Kang wus waspada ing patrap
Mangayut ayat winasis
Wasana wosing jiwangga
Melok tanpa aling-aling
Kang ngalingi kaliling
Wenganing rasa tumlawung
Kekese saliring jaman
Angelangut tanpa tepi
Yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma
Yang telah waspada terhadap tingkah
Menghayati aturan bijak
Akhirnya inti kehidupan
Tampak nyata tanpa tirai
Yang menutupi tersingkap
Terbukanya rasa yang jauh
Tampak seluruh masa
Jauh tanpa batas
Disebut bertapa atas tapak Hyang Sukma
31. Mangkono janma utama
Tuman tumanem ing sepi
Ing saben dina rikala mangsa
Mnangsah amamasuh budi
Lahire den tetepi
Ing reh kasatriyanipun
Susila anoraga
Wignya met tyasing sasami
Yeku aran wong barek berag agama
Begitulan manusia utama
Suka berpendam alam kesepian
Dalam setiap saat masa
Mengasah dan membersihkan budi Memenuhi keadaannya
Sebagai manusia kesatria
Sopan dan ramah tamah
Pandai mengambil hati sesama
Yaitu disebut orang mahir bidang agama
32. Ing jaman mengko pan ora
Arahe para taruni
Yen antuk tuduh kang nyata
Nora pisan den lakoni
Banjur njujurken kapti
Kakekne arsa winuruk
Ngandelken gurumitra
Pandhitane praja sidik
Tur wus manggon pamucunge mring makripat
Pada jaman kini tidak demikian
Arah gerak para muda
Bila mendapat petunjuk nyata
Tidak pernah dijalankan
Kemudian menruut kemauannya sendiri
Kakeknya akan diajari
Mengandalkan kawan guru
Pendeta negara yang pandai
Telah tinggal dan sampai pada makrifat
TEMBANG POCUNG
33. Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara
Ilmu adalah
Dijalankan dengan perbuatan
Dimulai dengan kemauan
Kemauan adalah penguat
Budi setia penghancur kemurkaan
34. Angkara gung
Neng angga aggung gumulung
Gegolonganira
Triloka lekere kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda
Angkara yang besar
Dalam tubuh selalu menggelora
Golngannya
Sampai menguasai tiga dunia
Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya
35. Beda lamun
Kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama
Lain bila
Yang telah tertarik pada aturan jiwa
Suka selalu memaafkan
Sesama orang yang salah
Serba sabar karena berusaha bersikap baik
36. Taman limut
Durgameng tyas kang weh limput
Karem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sihing sukma ngrebda sahardi gengira
Tak berpenghalang
Hati jahat yang akan memberi kegelapan
Suka akan hormat
Karena tertutup oleh cinta kasih
Cinta kasih berkembang sebesar gunung
37. Yeku patut
Tinulad-tulad tinurut
Sapituduhira
Aja kaya jaman mangkin
Keh pra mudha mundhi diri lapal makna
Yaitu patut
Dicontoh-contoh diturut
Semua petunjuknya
Jangan seperti jaman kini
Banyak muda-mudi sombongkan rapal makna
38. Durung pecus
Kesusu kaselak besus
Amaknani rapal
Kaya sayid weton mesir
Pendak-pendhak mangendhak gunaning janma
Belum mampu
Terburu ingin lekas pandai
Mengartikan rapal
Bagai sayid dari Mesir
Sering meremehkan kemampuan orang lain.
39. Kang kadyeku
Kalebu wong ngaku-aku
Akale alangka
Elok jawane den mohi
Paksa ngangkah langkah met kawruh ing Mekah
Yang seperti itu
Termasuk orang yang mengaku-aku
Pikirannya tidak masuk akal
Aneh tak mengakui ke-jawaannya
Memaksa ingin mencari ilmu ke Mekah
40. Nora weruh
Rosing rasa kang rinuruh
Lumeketing angga
Anggere padha marsudi
Kana-kene kaanane nora beda
Tidak tahu
Inti sesuatu yang dicari
Yang melekat di badan
Asal semua mau berusaha
Sana-sini tak berbeda keadaannya
41. Uger lugu
Den ta mrih pralebdeng kalbu
Yen kabul kabuka
Ing drajad kajating urip
Kaya kang wus winahyeng sekar Srinata
Asal lugas
Dalam minat mingkatkan hati
Bila terkabul terbuka
Dalam derajat cita-cita hidup
Seperti telah diwahyukan dalam syair sinom
42. Basa ngelmu
Mupakate lan panemu
Pasahe lan tapa
Yen satriya tanah Jawi
Kuna-kuna kang ginilut tri-prakara
Yang disebut ilmu
Mufakat dengan mendapat
Mempan dengan bertapa
Bila kesatria tanah Jawa
Sejak dahulu yang dipelajari tiga hal
43. Lila lamun
Kelangan nora gegetun
Trima yen kataman
Sakserik sameng dumadi
Tri legawa nalangsa srah ing Bathara
Rela bila
Kehilangan tidak menyesal
Menerima bila tertimpa
Kedengkian dari orang lain
Ketiga, iklas berserah diri kepada Tuhan
44. Bathara Gung
Inguger 'graning jajantung
Jenek Hyang Wisesa
Saka pasemeden suci
Nora kaya si mudha mudhar angkara
Dewa yang agung
Ditempatkan di dalam hati
Betah Hyang Wisesa
Tempat peristirahatan suci
Tidak seperti si muda yang menyebar kemurkaan
45. Nora uwus
Kareme anguwus-uwus
Uwose tan ana
Mung janjine muring-muring
Kaya buta buteng betah nganiaya
Tidak kunjung berhenti
Suka mencaci-maki
Isinya tidak ada
Hanya asal marah-marah
Bagai raksasa yang suka menganiaya
46. Sakeh luput
Ing angga tansah linimput
Linimpat ing sabda
Narka lan ana udani
Lumuh ala ardane ginawe gada
Semua kesalahan
Dalam diri selalu ditutupi
Ditutupi dengan kata-kata
Mengira tak ada yang tahu
Bila dihina kemarahannya dijadikan senjata
47. Durung punjul
Ing kawruh kaselak jukul
Kaseselan hawa
Cepet kapepetan pamrih
Tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa
Belum pandai
Dalam ilmu terburu lebih
Dijejali hawa nafsu
Penuh ditutupi pamrih
Tak mungkin mendekat Hyang Wisesa.
Label: SERAT WEDHATAMA
Langganan:
Postingan (Atom)